Top News

Serial akhir zaman part 5_menyebarnya wabah penyakit mematikan

Serial akhir zaman part 5_menyebarnya wabah penyakit mematikan

DAFTAR ISI

Pendahuluan. 1

A. Hadits-Hadits yang Menyebutkan Wabah Penyakit 1

B. Wabah yang pernah melanda dunia beberapa kali 3

1.     Tha'un Amwas (tahun 639 M di syam) 3

2.     Black Death di abad ke-14 di eropa. 7

3.     Pandemi Flu Spanyol (1918–1920) 10

4.     Pandemi COVID-19 (2019–sekarang) 12

C. Pelajaran dan Hikmah dari Wabah. 15

Kesimpulan. 16

 

Pendahuluan
"Assalamualaikumwarahmatullahiwabarakatuh

Sahabat Pena Ensiklopedia Islam yang dirahmati Allah, selamat datang kembali di serial 'Akhir Zaman'. Pada episode kali ini, kita akan membahas sebuah tema yang sarat hikmah dan pelajaran, yakni tentang Tanda-tanda kiamat sughra (kecil) yang ke-5 yakni mewabahnya penyakit penyakit mematikan. Yang mana hal ini sudah pernah di sabdakan dalam beberapa hadits Nabi Muhammad yang menjadi panduan umat Islam dalam memahami fenomena tersebut. Faktanya memang dalam sejarah peradaban manusia pernah terjadi berbagai wabah peyakit yang pernah menyebabkan kematian masal di seluruh dunia. Mulai dari wabah tha’un di masa Khalifah Umar bin Khattab, Black Death yang melanda Eropa, Flu Spanyol yang menggemparkan dunia, hingga pandemi Covid-19 di era modern. Setiap wabah ini memiliki kisah yang mendalam tentang ujian, keimanan, dan kebijaksanaan umat manusia dalam menghadapi musibah. Mari kita telaah bersama, untuk mengambil ibrah dan hikmah di balik peristiwa-peristiwa besar ini."

A. Hadits-Hadits yang Menyebutkan Wabah Penyakit

Salah satu hadits yang sering dikaitkan dengan tanda kiamat sughra adalah:

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ وَهُوَ فِي قُبَّةٍ مِنْ أَدَمٍ، فَقَالَ: "اعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِي، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، ثُمَّ مُوتَانٍ يَأْخُذُ فِيكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَمِ، ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ الْمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِينَارٍ فَيَظَلُّ سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لَا يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ، ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُونُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي الْأَصْفَرِ، فَيَغْدِرُونَ فَيَأْتُونَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةً، تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا".

Terjemahannya:

Dari Auf bin Malik RA, ia berkata: Aku datang kepada Nabi SAW pada Perang Tabuk, ketika beliau berada di tenda dari kulit. Beliau bersabda: "Hitunglah enam tanda menjelang kiamat: kematianku, kemudian penaklukan Baitul Maqdis, lalu kematian massal yang menyerupai penyakit yang menyerang kambing, kemudian melimpahnya harta sehingga seseorang diberi seratus dinar namun tetap tidak puas, kemudian munculnya fitnah yang tidak ada satu pun rumah orang Arab yang tidak dimasukinya, lalu perjanjian damai antara kalian dan Bani Asfar (Romawi), yang kemudian mereka mengkhianatinya dan menyerang kalian di bawah delapan puluh bendera. Di bawah setiap bendera terdapat dua belas ribu tentara."[1]

Hadits ini menunjukkan bahwa salah satu tanda-tanda kiamat kecil adalah tersebarnya penyakit yang dapat mematikan banyak orang, dan ini sering kali terjadi sebagai bentuk peringatan kepada manusia.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِقُ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda: "Orang yang mati syahid ada lima: (1) orang yang meninggal karena wabah tha'un, (2) orang yang meninggal karena penyakit perut, (3) orang yang tenggelam, (4) orang yang tertimpa reruntuhan, dan (5) orang yang gugur di jalan Allah."

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا سَمِعْتُمُ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا"

Dari Usamah bin Zaid, dari Nabi , beliau bersabda: "Jika kalian mendengar wabah tha'un di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan jika terjadi wabah di tempat kalian berada, maka janganlah kalian keluar darinya."

B. Wabah yang pernah melanda dunia beberapa kali

Dalam konteks sejarah, wabah penyakit mematikan telah terjadi beberapa kali, diantaranya:

1.    Tha'un Amwas (tahun 639 M di syam)

Wabah Tha’un Amwas adalah salah satu peristiwa besar yang terjadi pada masa Khulafaur Rasyidin, tepatnya pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Peristiwa ini dianggap sebagai salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah Islam, yang tidak hanya membawa banyak korban jiwa, tetapi juga memberikan pelajaran penting tentang kepemimpinan, ikhtiar, dan keimanan.

Berikut adalah kronologi lengkapnya:

a.    Latar Belakang Wabah Tha’un Amwas

1)   Waktu dan Lokasi:

Wabah ini terjadi sekitar tahun 639 M atau 18 H di wilayah Amwas, sebuah kota kecil yang terletak antara Yerusalem dan Ramallah di Syam (sekarang wilayah Palestina). Oleh karena itu, wabah ini dikenal sebagai "Tha’un Amwas".

2)   Sumber Wabah:

Penyakit ini diyakini sebagai salah satu bentuk “bubonic plague” (pes) yang disebabkan oleh bakteri “Yersinia pestis”. Wabah ini menyebar dengan cepat karena kurangnya sanitasi, interaksi antar komunitas, dan rendahnya pemahaman tentang pencegahan penyakit kala itu.

b.    Kronologi Wabah

1)   Awal Penyebaran

a)    Wabah ini dimulai setelah penaklukan wilayah Syam oleh kaum Muslimin di bawah pimpinan panglima seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Mu’adz bin Jabal, dan Yazid bin Abi Sufyan.

b)   Wilayah Syam, yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Romawi Bizantium, telah mengalami kehancuran akibat perang panjang sehingga kondisi kesehatannya buruk. Hal ini memperparah penyebaran penyakit.

2)   Meningkatnya Korban Jiwa

Wabah ini menyebar dengan cepat di kalangan penduduk Syam dan para tentara Muslim yang bermukim di sana. Ribuan orang meninggal dunia dalam waktu singkat, termasuk banyak sahabat Nabi yang terkenal karena keutamaan dan perannya dalam Islam.

3)   Sikap Umar bin Khattab

Ketika kabar tentang wabah sampai ke Madinah, Khalifah Umar bin Khattab segera memanggil para sahabat senior untuk bermusyawarah. Beliau menunjukkan sikap kepemimpinan yang bijaksana:

a)    Umar memutuskan untuk tidak memasuki wilayah yang terkena wabah, sesuai dengan sabda Nabi :

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا سَمِعْتُمُ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا"

Dari Usamah bin Zaid, dari Nabi , beliau bersabda: "Jika kalian mendengar wabah tha'un di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan jika terjadi wabah di tempat kalian berada, maka janganlah kalian keluar darinya."

b)   Umar memerintahkan agar kaum Muslimin yang berada di Syam mengambil langkah isolasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

4)   Gugurnya Para Sahabat Mulia

Beberapa sahabat besar yang gugur akibat wabah Tha’un Amwas adalah:

a)    Abu Ubaidah bin Jarrah: Panglima besar yang dikenal sebagai salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga.

b)   Mu’adz bin Jabal: Sahabat yang dijuluki sebagai "orang yang paling mengetahui halal dan haram."

c)    Yazid bin Abi Sufyan: Salah satu pemimpin pasukan yang berperan besar dalam penaklukan Syam.

Karena banyaknya sahabat nabi yang meninggal ketika itu, maka beberapa sahabat yang alim kemudian membacakan beberapa sabda nabi untuk menenangkan penduduk Syam, diantara sabda nabi yang dibacakan adalah:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ: الْمَطْعُونُ، وَالْمَبْطُونُ، وَالْغَرِقُ، وَصَاحِبُ الْهَدْمِ، وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ"

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda: "Orang yang mati syahid ada lima: (1) orang yang meninggal karena wabah tha'un, (2) orang yang meninggal karena penyakit perut, (3) orang yang tenggelam, (4) orang yang tertimpa reruntuhan, dan (5) orang yang gugur di jalan Allah."

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّهَا قَالَتْ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ؟ فَأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ"

Dari Aisyah, ia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang tha'un (wabah penyakit). Beliau memberitahuku bahwa itu adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa yang Dia kehendaki, kemudian Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang mukmin. Tidaklah seseorang yang berada di suatu daerah yang terkena tha'un, lalu ia tetap tinggal di rumahnya dengan sabar dan mengharap pahala, serta mengetahui bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali apa yang Allah tetapkan baginya, melainkan ia mendapatkan pahala seperti pahala syahid.

5)   Akhir Wabah

Setelah menelan korban jiwa hingga sekitar 25.000 orang, wabah ini akhirnya mereda. Wilayah Syam perlahan pulih kembali, meskipun kehilangan banyak pemimpin besar umat Islam.

c.     Hikmah dari Wabah Tha’un Amwas

1)   Kepemimpinan Umar bin Khattab

Khalifah Umar menunjukkan bagaimana seorang pemimpin harus bertindak dalam krisis, yaitu dengan mempertimbangkan maslahat umat, berdasar musyawarah, dan mematuhi ajaran Rasulullah .

2)   Pelajaran tentang Tawakal dan Ikhtiar

Islam mengajarkan keseimbangan antara tawakal (berserah diri kepada Allah) dan ikhtiar (usaha). Langkah isolasi dan pencegahan yang diambil menunjukkan pentingnya usaha manusia dalam menghadapi ujian Allah.

3)   Kematian Sebagai Syahid

Nabi Muhammad menyebutkan bahwa orang yang meninggal akibat wabah penyakit termasuk dalam golongan syahid, sebagaimana sabda beliau:

“Wabah adalah rahmat bagi umatku dan azab bagi orang-orang sebelum kalian. Maka, apabila wabah itu terjadi dan kalian tetap tinggal di tempat dengan sabar dan mengharap pahala, niscaya kalian akan mendapatkan pahala seperti pahala syahid.” (HR. Bukhari)

d.    Kesimpulan

Wabah Tha’un Amwas adalah salah satu ujian besar dalam sejarah Islam yang menewaskan banyak sahabat mulia, termasuk para pemimpin umat. Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya menghadapi ujian dengan sabar, tawakal, dan usaha. Selain itu, wabah ini juga menunjukkan kebijaksanaan kepemimpinan Umar bin Khattab, yang menerapkan ajaran Rasulullah secara tepat untuk mencegah dampak lebih luas.

2.    Black Death di abad ke-14 di eropa

Wabah Black Death atau Maut Hitam adalah salah satu pandemi paling mematikan dalam sejarah dunia. Wabah ini melanda Eropa pada pertengahan abad ke-14 dan menewaskan sekitar 25-50 juta orang, yang diperkirakan setara dengan sepertiga hingga separuh populasi Eropa pada saat itu. Berikut adalah kronologi dan detail lengkap mengenai peristiwa tersebut:

a.    Latar Belakang Wabah Black Death

1)   Penyebab Utama:

Black Death disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis, yang ditularkan melalui gigitan kutu yang hidup di tubuh tikus. Penyakit ini memiliki tiga bentuk utama:

a)    Pes Bubonik: Menyerang kelenjar getah bening, menyebabkan pembengkakan besar (buboes).

b)   Pes Septisemik: Menginfeksi darah, menyebabkan kerusakan jaringan tubuh.

c)    Pes Pneumonik: Menyerang paru-paru dan menyebar melalui udara.

2)   Asal Mula:

Wabah ini diduga berasal dari Asia Tengah, kemungkinan di sekitar wilayah Mongolia atau Tiongkok, pada awal abad ke-14. Jalur perdagangan Jalur Sutra dan rute laut membawa penyakit ini ke wilayah lain.

b.    Kronologi Penyebaran

1)   Awal Penyebaran di Asia (1330-an)

a)    Wabah pertama kali tercatat di wilayah Asia Tengah sekitar tahun 1330-an. Penaklukan wilayah oleh Kekaisaran Mongol dan aktivitas perdagangan melalui Jalur Sutra mempercepat penyebarannya.

b)   Kota pelabuhan Kaffa (sekarang Feodosia, Ukraina) menjadi salah satu titik awal penyebaran ke Eropa. Ketika Kaffa dikepung oleh tentara Mongol yang terinfeksi wabah, mereka menggunakan taktik melemparkan mayat-mayat yang terjangkit penyakit ke dalam kota.

2)   Masuknya ke Eropa (1347)

1)   Pada Oktober 1347, kapal-kapal dagang Genoa yang kembali dari Kaffa membawa tikus dan kutu yang terinfeksi wabah ke pelabuhan-pelabuhan di Italia, seperti Messina dan Genoa.

2)   Dari Italia, wabah menyebar dengan cepat ke Prancis, Spanyol, Inggris, dan seluruh Eropa melalui jalur perdagangan dan interaksi manusia.

3)   Puncak Penyebaran (1348–1350)

1)   Eropa Barat:

·       Wabah meluas ke Paris, London, dan negara-negara Skandinavia dalam waktu singkat.

·       Kota-kota besar dengan populasi padat menjadi pusat penyebaran, karena buruknya sanitasi dan tingginya interaksi manusia.

2)   Kondisi Sosial:

·       Masyarakat panik karena tidak memahami penyebab penyakit. Banyak yang percaya bahwa wabah adalah hukuman dari Tuhan atas dosa-dosa manusia.

·       Ada gerakan flagellant (penyiksa diri), di mana sekelompok orang berkeliling kota dengan memukul diri sendiri untuk menunjukkan penyesalan.

·       Kelompok minoritas seperti Yahudi sering menjadi kambing hitam, dituduh meracuni sumur, dan mengalami penganiayaan massal.

4)   Meredanya Wabah (1351)

Setelah menewaskan jutaan orang, wabah mulai mereda pada pertengahan 1350-an, meskipun terus muncul secara sporadis dalam beberapa abad berikutnya.

c.     Dampak Wabah Black Death

1)   Demografi

a)    Diperkirakan 25–50 juta orang meninggal di Eropa, sekitar 30–60% dari total populasi.

b)   Wabah juga menewaskan jutaan orang di Asia dan Timur Tengah, menjadikannya pandemi global.

2)   Ekonomi

a)    Kekurangan tenaga kerja menyebabkan penurunan produksi pertanian dan ekonomi.

b)   Upah buruh meningkat karena berkurangnya tenaga kerja, memberikan peluang bagi kelas pekerja untuk meningkatkan posisi mereka dalam masyarakat.

3)   Sosial dan Keagamaan

a)    Kepercayaan terhadap Gereja Katolik menurun karena ketidakmampuannya memberikan jawaban atau solusi atas wabah.

b)   Munculnya gerakan spiritual baru dan perubahan dalam cara pandang terhadap agama dan kehidupan.

4)   Politik

Struktur feodalisme mulai melemah karena para bangsawan kehilangan banyak tenaga kerja yang sebelumnya menjadi dasar sistem tersebut.

d.    Respons dan Penanganan

1)   Isolasi dan Karantina

Kota-kota seperti Venesia menerapkan karantina dengan melarang kapal-kapal yang baru tiba berlabuh selama 40 hari (quaranta giorni), yang menjadi asal mula istilah "karantina."

2)   Upaya Pengobatan Tradisional

Tidak ada obat atau vaksin pada masa itu. Masyarakat menggunakan metode tradisional seperti herbal, asap, atau doa, yang sering kali tidak efektif.

3)   Perubahan dalam Pemikiran Medis

Setelah wabah, para ilmuwan mulai mempertanyakan teori-teori medis tradisional dan mencari penjelasan ilmiah, yang kemudian memicu perkembangan ilmu kedokteran.

e.     Kesimpulan

Wabah Black Death adalah tragedi besar yang mengubah wajah Eropa secara permanen. Meskipun menyebabkan kehancuran massal, wabah ini juga memicu perubahan signifikan dalam bidang sosial, ekonomi, dan ilmu pengetahuan. Hal ini mengajarkan umat manusia pentingnya kebersihan, pencegahan, dan penelitian ilmiah untuk mengatasi pandemi di masa depan.

3.    Pandemi Flu Spanyol (1918–1920)

a.    Latar Belakang:

Pandemi flu Spanyol adalah salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah modern, menyebabkan sekitar 50-100 juta kematian di seluruh dunia. Meskipun disebut "flu Spanyol," wabah ini tidak bermula di Spanyol. Nama itu muncul karena Spanyol, sebagai negara netral dalam Perang Dunia I, memiliki pers yang bebas melaporkan pandemi ini tanpa sensor, berbeda dengan negara-negara lain yang sedang berperang.

b.    Kronologi Pandemi:

1)   Awal Mula (Maret 1918)

a)    Wabah pertama kali terdeteksi di sebuah pangkalan militer di Kansas, Amerika Serikat, dan dengan cepat menyebar melalui tentara yang dikerahkan ke Eropa selama Perang Dunia I.

b)   Penyakit ini awalnya dianggap sebagai flu musiman biasa, dengan gejala ringan seperti demam, batuk, dan kelelahan. 

2)   Gelombang Pertama (Musim Semi 1918)

a)    Penyebaran terjadi melalui jaringan transportasi, kamp-kamp militer, dan kapal perang.

b)   Meskipun menyebar ke berbagai negara, tingkat kematian gelombang pertama relatif rendah, mirip dengan flu biasa. 

3)   Gelombang Kedua (Musim Gugur 1918)

a)    Gelombang kedua dimulai pada bulan Agustus 1918 di beberapa pelabuhan besar seperti Brest (Prancis), Freetown (Sierra Leone), dan Boston (AS).

b)   Virus mengalami mutasi menjadi lebih mematikan. Gejala meliputi pendarahan dari hidung, mulut, atau telinga, serta kulit yang membiru karena kekurangan oksigen.

c)    Banyak pasien meninggal hanya dalam waktu beberapa jam atau hari setelah gejala pertama muncul.

d)   Tingkat kematian sangat tinggi di kalangan usia muda (20–40 tahun), berbeda dari flu biasa yang biasanya menyerang orang tua atau anak kecil. 

4)   Gelombang Ketiga (Awal 1919)

a)    Gelombang ketiga terjadi saat perang sudah berakhir. Meski tidak seberat gelombang kedua, tetap menyebabkan kematian dalam jumlah besar.

b)   Setelah gelombang ketiga, pandemi mulai mereda, meskipun virus influenza H1N1 terus ada dalam bentuk yang kurang mematikan. 

c.     Dampak Flu Spanyol di Spanyol:

1)   Korban Jiwa: Di Spanyol, flu ini menginfeksi hampir 8 juta orang, dengan angka kematian yang signifikan, meskipun sulit dipastikan jumlah pastinya.

2)   Konteks Sosial: Pandemi menyebabkan gangguan besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Banyak kota kehilangan tenaga kerja akibat tingginya angka kematian.

3)   Kondisi Kesehatan: Layanan medis sangat kewalahan. Kekurangan obat-obatan, tempat tidur rumah sakit, dan tenaga kesehatan memperburuk situasi. 

d.    Penyebab dan Penularan: 

1)   Virus yang menyebabkan flu Spanyol adalah subtipe H1N1 dari virus influenza A.

2)   Penularan terjadi melalui droplet pernapasan dari batuk, bersin, atau percakapan, serta kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi. 

e.     Pelajaran dari Flu Spanyol:

1)   Pentingnya Pencegahan: Flu Spanyol menunjukkan perlunya langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti karantina, penutupan sekolah, dan larangan pertemuan massal.

2)   Pengaruh Mutasi Virus: Gelombang kedua pandemi membuktikan bagaimana virus bisa bermutasi menjadi lebih mematikan.

3)   Komunikasi Publik: Transparansi informasi penting untuk menghindari kepanikan dan memastikan langkah pencegahan yang efektif. 

f.      Kesimpulan

Pandemi flu Spanyol menjadi salah satu peristiwa bersejarah yang mengubah cara dunia memandang ancaman penyakit menular. Banyak pelajaran dari pandemi ini yang relevan hingga saat ini, terutama dalam penanganan pandemi COVID-19.

4.    Pandemi COVID-19 (2019–sekarang)

Dalam era modern, penyakit seperti pandemi COVID-19 sering kali dikaitkan dengan tanda-tanda kiamat sughra oleh sebagian orang. Meskipun demikian, hal ini perlu disikapi dengan bijaksana dan tidak serta-merta memastikan kaitannya tanpa panduan syariat yang jelas. Pandemi COVID-19 adalah salah satu wabah penyakit terbesar di era modern yang memengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan manusia secara global. Dimulai pada akhir 2019, wabah ini menyebabkan gangguan besar-besaran dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik dunia.

a.    Kronologi Pandemi COVID-19:

1)   Awal Mula di Wuhan, Cina (Desember 2019)

a)    Kasus pertama COVID-19 dilaporkan di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina, pada akhir Desember 2019.

b)   Virus penyebabnya, SARS-CoV-2, adalah virus corona baru yang diyakini berasal dari hewan liar di pasar makanan laut Huanan.

c)    Pasien awal menunjukkan gejala seperti demam, batuk, dan pneumonia berat.

d)   Pada 31 Desember 2019, Cina melaporkan wabah ini kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

2)   Penyebaran Internasional (Januari 2020)

a)    Pada Januari 2020, kasus mulai terdeteksi di negara-negara lain seperti Thailand, Jepang, dan Korea Selatan.

b)   WHO mengumumkan situasi ini sebagai *Public Health Emergency of International Concern* pada 30 Januari 2020. 

c)    Virus menyebar dengan cepat melalui perjalanan udara, menjangkiti banyak negara dalam waktu singkat. 

2)   Pandemi Dinyatakan (Maret 2020)

a)    Pada 11 Maret 2020, WHO secara resmi menyatakan COVID-19 sebagai pandemi global.

b)   Italia menjadi salah satu negara pertama di Eropa yang terdampak parah, diikuti oleh Spanyol, Prancis, dan Inggris.

c)    Lonjakan kasus menyebabkan sistem kesehatan di berbagai negara kolaps, dengan kekurangan tempat tidur rumah sakit, alat pelindung diri, dan ventilator. 

3)   Lockdown dan Karantina Global (2020)

a)    Untuk menghentikan penyebaran virus, banyak negara menerapkan kebijakan lockdown atau karantina wilayah.

b)   Sekolah, tempat ibadah, kantor, dan fasilitas umum ditutup. Perjalanan internasional dihentikan, dan banyak negara menutup perbatasan mereka.

c)    Situasi ini menyebabkan rasa ketakutan dan ketidakpastian yang mencekam. Istilah "normal baru" mulai muncul untuk mendeskripsikan perubahan cara hidup. 

4)   Dampak Ekonomi dan Sosial

a)    Ekonomi Global Lumpuh: Pandemi memicu resesi ekonomi global. Banyak bisnis gulung tikar, dan tingkat pengangguran melonjak tajam. 

b)   Krisis Kesehatan Mental: Isolasi sosial, ketakutan akan penyakit, dan kehilangan orang terkasih menyebabkan lonjakan gangguan kesehatan mental.

c)    Transformasi Digital: Pandemi mempercepat adopsi teknologi digital, dengan peralihan ke pekerjaan jarak jauh, pembelajaran daring, dan perdagangan elektronik.

5)   Perkembangan Vaksin (Akhir 2020)

a)    Beberapa perusahaan farmasi, seperti Pfizer-BioNTech, Moderna, dan AstraZeneca, berhasil mengembangkan vaksin COVID-19 dalam waktu kurang dari setahun.

b)   Program vaksinasi massal dimulai pada akhir 2020, dengan prioritas pada tenaga kesehatan dan kelompok rentan. 

6)   Gelombang Kedua dan Ketiga (2021–2022)

a)    Mutasi virus menyebabkan munculnya varian baru seperti Delta dan Omicron, yang lebih menular dan berpotensi menghindari kekebalan.

b)   Gelombang baru menyebabkan lonjakan kasus dan kematian di berbagai negara. Beberapa negara kembali memberlakukan lockdown parsial.

7)   Dampak Jangka Panjang (2023 dan Selanjutnya)

a)    Kesehatan Publik: COVID-19 menjadi endemik di banyak negara, dengan kasus yang terus ada tetapi lebih terkendali.

b)   Ekonomi: Pemulihan ekonomi berjalan lambat, dengan tantangan seperti inflasi, krisis pasokan, dan kesenjangan sosial.

c)    Kebijakan Global: Banyak negara mulai memperkuat sistem kesehatan mereka untuk menghadapi pandemi di masa depan.

8)   Pelajaran dari Pandemi COVID-19

a)    Kesiapan Global: Pentingnya investasi dalam sistem kesehatan dan pengawasan penyakit menular.

b)   Kerja Sama Internasional: Pandemi menunjukkan bahwa tidak ada negara yang bisa menangani krisis ini sendirian. 

c)    Pentingnya Teknologi: Teknologi memainkan peran kunci dalam menjaga konektivitas dan melanjutkan kehidupan selama lockdown.

d)   Keseimbangan Ekonomi dan Kesehatan: Pengambilan kebijakan harus mempertimbangkan dampak ekonomi dan kesehatan masyarakat secara seimbang.

e)    Pandemi COVID-19 menjadi pengingat akan kerentanan manusia terhadap penyakit menular dan pentingnya solidaritas dalam menghadapi tantangan global.

C. Pelajaran dan Hikmah dari Wabah

1.    Kesadaran akan Kematian 

Wabah mengingatkan manusia bahwa hidup di dunia sementara, dan setiap orang akan kembali kepada Allah.

2.    Kewajiban Ikhtiar dan Tawakal

Islam mengajarkan umatnya untuk mengambil tindakan pencegahan seperti menjaga kebersihan, menghindari tempat wabah, dan mencari pengobatan, sebagaimana disebutkan dalam hadits:

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا سَمِعْتُمُ الطَّاعُونَ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا"

Dari Usamah bin Zaid, dari Nabi , beliau bersabda: "Jika kalian mendengar wabah tha'un di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan jika terjadi wabah di tempat kalian berada, maka janganlah kalian keluar darinya." (HR. Bukhari dan Muslim)

3.    Ujian Keimanan

a)    Wabah adalah salah satu bentuk ujian keimanan untuk melihat siapa yang tetap teguh dalam kesabaran dan keimanan.

b)   Wabah penyakit dianggap sebagai pengingat kepada manusia tentang kelemahan mereka di hadapan Allah dan pentingnya kembali kepada-Nya.

c)    Umat Islam diajarkan untuk bersabar, bertawakal, dan memperbanyak istighfar dalam menghadapi ujian seperti wabah.

Penutup

Tersebarnya penyakit mematikan merupakan salah satu tanda kiamat sughra yang disebutkan dalam hadits Nabi . Hal ini mengajarkan manusia untuk mengambil pelajaran, memperbanyak ibadah, dan tetap menjaga keseimbangan antara usaha duniawi dan keimanan. Tanda-tanda ini adalah pengingat untuk selalu bertakwa dan kembali kepada Allah sebelum datangnya hari kiamat kubra. "Demikianlah sahabat Pena Ensiklopedia Islam, pembahasan kita kali ini tentang wabah-wabah mematikan yang pernah terjadi dalam sejarah manusia. Setiap peristiwa ini mengingatkan kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, mengambil pelajaran dari sejarah, dan meningkatkan ikhtiar serta tawakal dalam menghadapi setiap ujian yang terjadi dalam hidup kita. Semoga kita selalu dilindungi oleh Allah dari segala macam musibah dan dijadikan hamba-Nya yang selalu bersyukur dan bersabar. Sampai jumpa di episode berikutnya, insyaAllah kita akan membahas tema menarik lainnya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."

 

 

 



[1] Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, Kitab Al-Fitan, Bab "Tanda-Tanda Kiamat" (Hadits no. 3176).

Post a Comment

Previous Post Next Post