Top News

Serial akhir zaman Part 4_tanda kiamat kecil yang ke-3 dan ke-4


Daftar isi

Pembukaan. 1

A. Tanda Kecil Kiamat yang ke-3 (Wafatnya Rasulullah SAW) 2

1. Wafatnya Rasulullah SAW sebagai Tanda Kiamat Sughro. 2

2. Peristiwa Wafatnya Rasulullah SAW... 3

3. Hikmah di Balik Wafatnya Rasulullah SAW... 5

4. Penjelasan Ulama tentang Wafatnya Rasulullah SAW sebagai Tanda Kiamat 5

5. Kesimpulan. 6

B. Tanda Kecil Kiamat yang ke-4: Penaklukan Baitul Maqdis. 6

1. Penaklukan Baitul Maqdis sebagai Tanda Kiamat 6

2. Peristiwa Penaklukan Baitul Maqdis. 6

3. Hikmah di Balik Penaklukan Baitul Maqdis. 8

4. Penjelasan Ulama tentang Penaklukan Baitul Maqdis. 8

5. Relevansi Penaklukan Baitul Maqdis di Masa Kini 9

6. Kesimpulan. 9

Penutup. 9

 

 

Pembukaan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sobat Muslim yang dirahmati Allah, hari kiamat adalah sebuah kepastian yang telah dijanjikan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an dan dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Namun, sebelum datangnya hari kiamat, terdapat berbagai tanda-tanda yang mengawali kedatangannya. Kali ini, kita akan membahas dua tanda kecil kiamat yang sangat penting dan penuh hikmah, yaitu wafatnya Rasulullah SAW dan penaklukan Baitul Maqdis. Apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dari peristiwa ini? Mari kita simak penjelasannya!

A. Tanda Kecil Kiamat yang ke-3 (Wafatnya Rasulullah SAW)

Tanda-tanda kecil kiamat telah dijelaskan dalam hadits hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satu tanda kecil kiamat yang utama adalah wafatnya Rasulullah SAW. Peristiwa ini bukan hanya menjadi duka mendalam bagi umat Islam, tetapi juga menandakan dimulainya era fitnah dan perubahan besar dalam sejarah umat islam.

1. Wafatnya Rasulullah SAW sebagai Tanda Kiamat Sughro

Rasulullah SAW sendiri telah mengisyaratkan bahwa wafatnya beliau adalah salah satu tanda kecil kiamat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Auf bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ وَهُوَ فِي قُبَّةٍ مِنْ أَدَمٍ، فَقَالَ: "اعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِي، ثُمَّ فَتْحُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، ثُمَّ مُوتَانٍ يَأْخُذُ فِيكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَمِ، ثُمَّ اسْتِفَاضَةُ الْمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِينَارٍ فَيَظَلُّ سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لَا يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ، ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُونُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي الْأَصْفَرِ، فَيَغْدِرُونَ فَيَأْتُونَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةً، تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا".

Terjemahannya:

Dari Auf bin Malik RA, ia berkata: Aku datang kepada Nabi SAW pada Perang Tabuk, ketika beliau berada di tenda dari kulit. Beliau bersabda: 

"Hitunglah enam tanda menjelang kiamat: kematianku, kemudian penaklukan Baitul Maqdis, lalu kematian massal yang menyerupai penyakit yang menyerang kambing, kemudian melimpahnya harta sehingga seseorang diberi seratus dinar namun tetap tidak puas, kemudian munculnya fitnah yang tidak ada satu pun rumah orang Arab yang tidak dimasukinya, lalu perjanjian damai antara kalian dan Bani Asfar (Romawi), yang kemudian mereka mengkhianatinya dan menyerang kalian di bawah delapan puluh bendera. Di bawah setiap bendera terdapat dua belas ribu tentara."[1]

Hadits ini menunjukkan bahwa wafatnya Rasulullah SAW menjadi awal dari serangkaian peristiwa besar yang menandakan semakin dekatnya hari kiamat.

2. Peristiwa Wafatnya Rasulullah SAW

Rasulullah SAW wafat pada 12 Rabiul Awwal tahun ke-11 Hijriah di usia 63 tahun. Wafatnya beliau disebabkan oleh sakit yang berlangsung beberapa hari. Berikut adalah ringkasan dari rangkaian peristiwa menjelang wafatnya beliau:

  • Hari-Hari Terakhir Rasulullah SAW: Rasulullah SAW mengalami demam tinggi selama beberapa hari. Meski dalam keadaan sakit, beliau tetap memimpin shalat berjamaah hingga akhirnya meminta Abu Bakar RA menggantikannya sebagai imam.
  • Pesan Terakhir Rasulullah SAW: Dalam khutbah terakhirnya, Rasulullah SAW memberikan pesan-pesan penting kepada umat Islam, di antaranya adalah menjaga shalat, memperlakukan budak dengan baik, dan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah.
  • Saat-Saat Wafat: Ketika wafat, Rasulullah SAW berada di pangkuan istrinya, Aisyah RA. Kalimat terakhir yang beliau ucapkan adalah:

“Ya Allah, ampuni aku, rahmati aku, dan pertemukan aku dengan Ar-Rafiq Al-A’la (Teman Yang Maha Tinggi).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Wafatnya Rasulullah SAW membuat Madinah diliputi kesedihan mendalam. Umar bin Khattab RA bahkan sulit menerima kenyataan tersebut. Ketika Rasulullah SAW wafat, Umar bin Khattab RA sangat terguncang dan tidak percaya bahwa Rasulullah telah meninggal. Dalam keterkejutannya, Umar bahkan mengancam siapa saja yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat. Berikut adalah ucapan Umar bin Khattab RA yang tercatat dalam riwayat-riwayat sejarah ketika mendengar kabar wafatnya Rasulullah:

“Demi Allah, Rasulullah tidak wafat! Beliau hanya pergi menghadap Tuhannya, sebagaimana Musa bin Imran pergi menghadap Tuhannya selama empat puluh malam, lalu kembali kepada kaumnya setelah dikatakan bahwa ia telah mati. Demi Allah, Rasulullah pasti akan kembali, dan aku akan memotong tangan dan kaki orang-orang yang mengatakan bahwa beliau telah wafat!”

Ucapan ini menunjukkan kecintaan yang mendalam dari Umar bin Khattab RA kepada Rasulullah SAW, tetapi juga menggambarkan betapa beratnya umat Islam menghadapi kenyataan wafatnya Nabi. Namun, Abu Bakar RA kemudian mengingatkan Umar dan seluruh umat Islam dengan membacakan ayat Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 144:

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ ١٤٤

Terjemahan

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul[2]. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran: 144)

Setelah mendengar ayat ini, Umar bin Khattab RA akhirnya tersadar, merasa lututnya lemas, dan menerima kenyataan bahwa Rasulullah SAW telah wafat. Riwayat ini banyak ditemukan dalam buku-buku sejarah Islam, termasuk dalam karya seperti Sirah Ibnu Hisyam dan Tafsir Ibnu Katsir.

3. Hikmah di Balik Wafatnya Rasulullah SAW

  • Ujian bagi Keimanan Umat: Wafatnya Rasulullah SAW menguji keimanan umat Islam, apakah mereka tetap istiqamah atau goyah tanpa keberadaan beliau.
  • Penegasan Bahwa Rasulullah SAW adalah Manusia: Peristiwa ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia biasa yang juga mengalami kematian. Hal ini penting untuk menghindarkan umat dari pengkultusan yang berlebihan.
  • Awal Era Kepemimpinan Umat: Setelah wafatnya Rasulullah SAW, umat Islam memasuki era baru di mana kepemimpinan dilanjutkan oleh para khalifah, dimulai dari Abu Bakar RA. Ini menjadi bagian dari ketentuan Allah untuk melatih umat Islam mandiri tanpa kehadiran langsung seorang nabi.

4. Penjelasan Ulama tentang Wafatnya Rasulullah SAW sebagai Tanda Kiamat

Para ulama menjelaskan bahwa wafatnya Rasulullah SAW merupakan tanda kecil kiamat yang signifikan karena:

  • Kehilangan Seorang Pembimbing Langsung: Imam Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah menyatakan bahwa wafatnya Rasulullah SAW adalah musibah terbesar yang menimpa umat Islam, karena mereka kehilangan seorang pembimbing langsung yang diutus Allah.
  • Awal Munculnya Fitnah: Syaikh Yusuf Al-Qaradawi menjelaskan bahwa wafatnya Rasulullah SAW menjadi awal dari munculnya berbagai fitnah besar dalam umat Islam, seperti perpecahan dan perselisihan dalam politik dan agama.

5. Kesimpulan

Wafatnya Rasulullah SAW bukan hanya sebuah peristiwa sejarah biasa, tetapi juga tanda kecil kiamat yang memiliki dampak besar bagi perjalanan umat Islam. Peristiwa ini mengajarkan umat Islam untuk tetap teguh berpegang pada Al-Qur'an dan sunnah, serta mempersiapkan diri menghadapi tanda-tanda kiamat lainnya. Sebagai umatnya, kita harus terus mendoakan beliau dengan bershalawat dan melanjutkan dakwah serta ajarannya.

B. Tanda Kecil Kiamat yang ke-4: Penaklukan Baitul Maqdis

Tanda kecil kiamat berikutnya adalah penaklukan Baitul Maqdis, sebuah peristiwa yang juga disebutkan dalam hadits Auf bin Malik RA. Penaklukan ini terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA. Penaklukan ini memiliki nilai spiritual dan historis yang sangat penting bagi umat Islam.

1. Penaklukan Baitul Maqdis sebagai Tanda Kiamat

Penaklukan Baitul Maqdis juga telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam beberapa hadits. Salah satu hadits yang menubuwatkan peristiwa ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Auf bin Malik RA yang telah kami sebutkan terdahulu, dimana Hadits tersebut menyebutkan bahwa pembebasan atau penaklukan Baitul Maqdis merupakan salah satu peristiwa besar yang akan terjadi sebagai tanda kiamat kecil.

2. Peristiwa Penaklukan Baitul Maqdis

Penaklukan Baitul Maqdis terjadi pada tahun 15 Hijriah (636 M) di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab RA. Berikut adalah rangkaian peristiwa yang melatarbelakangi penaklukan tersebut:

Konteks Sejarah

Pada tahun 637 M (15 H), Yerusalem yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Bizantium, menghadapi serangkaian ekspansi kekuatan islam. Setelah serangkaian pertempuran dalam Perang Riddah dan melawan Bizantium, pasukan Muslim yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin al-Jarrah mengepung Yerusalem. Uskup agung Yerusalem, Sophronius, bersedia menyerahkan kota tersebut, tetapi dengan syarat bahwa penyerahan harus diterima langsung oleh Khalifah Umar bin Khattab.

Kedatangan Umar ke Yerusalem

Umar bin Khattab, yang dikenal dengan kesederhanaannya, melakukan perjalanan dari Madinah ke Yerusalem dengan mengendarai satu unta yang ditunggangi secara bergantian bersama pelayannya. Ketika tiba di dekat Yerusalem, giliran pelayannya yang menunggangi unta, sementara Umar berjalan kaki. Ia mengenakan pakaian yang sangat sederhana, berbeda jauh dari gambaran seorang pemimpin besar. Kedatangan Umar yang penuh kerendahan hati ini membuat penduduk Yerusalem kagum. Sophronius, yang memimpin pertemuan itu, terkesan dengan ketawadhuan dan moralitas Umar.

Penyerahan Kota dan Sikap Toleransi Umar

Setelah perjanjian damai disepakati, Umar menjamin keselamatan tempat-tempat ibadah umat Kristen dan penduduknya. Hal ini tertuang dalam Perjanjian Umariyah (Al-‘Uhda al-‘Umariyah), yang berisi jaminan kebebasan beragama, perlindungan gereja, dan larangan memaksa seseorang masuk Islam.

Penolakan Shalat di Dalam Gereja Makam Kudus

Selama kunjungannya, Sophronius mengajak Umar untuk melihat Gereja Makam Kudus, salah satu situs paling suci bagi umat Kristen. Saat waktu shalat tiba, Sophronius mempersilakan Umar untuk shalat di dalam gereja tersebut. Namun, Umar menolak dengan alasan yang sangat bijaksana.

Umar berkata:
"Jika aku shalat di dalam gereja ini, aku khawatir umat Islam di masa mendatang akan mengklaim tempat ini sebagai masjid dan merampasnya dari umat Kristen."

Sebagai gantinya, Umar memilih untuk shalat di luar gereja, di tempat yang kini dikenal sebagai Masjid Umar, yang dibangun untuk mengenang peristiwa tersebut. Keputusan ini menunjukkan penghormatan Umar terhadap tempat ibadah agama lain dan upayanya mencegah konflik antaragama di masa depan.

3. Hikmah di Balik Penaklukan Baitul Maqdis

  • Pembuktian Kebenaran Janji Allah dan Rasul-Nya: Penaklukan Baitul Maqdis menjadi bukti nyata bahwa janji Allah SWT yang disampaikan melalui Rasulullah SAW selalu benar dan akan terwujud.
  • Simbol Persatuan Umat Islam: Peristiwa ini menunjukkan kekuatan dan persatuan umat Islam di bawah kepemimpinan yang adil dan bijaksana.
  • Toleransi dalam Islam: Tindakan Umar bin Khattab RA menjadi teladan bagi umat Islam tentang bagaimana menjaga hubungan harmonis dengan pemeluk agama lain.

4. Penjelasan Ulama tentang Penaklukan Baitul Maqdis

Para ulama memandang penaklukan Baitul Maqdis sebagai peristiwa besar yang tidak hanya memiliki nilai historis, tetapi juga spiritual:

  • Imam Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah menyebutkan bahwa penaklukan Baitul Maqdis merupakan tanda penting dari perubahan besar dalam dunia Islam dan peradaban manusia.
  • Ibnu Katsir dalam tafsirnya menekankan bahwa pembebasan Baitul Maqdis menjadi bukti keagungan Islam, sekaligus peringatan bagi umat untuk terus menjaga amanah sebagai khalifah di bumi.

5. Relevansi Penaklukan Baitul Maqdis di Masa Kini

  • Menghargai Tempat Suci: Baitul Maqdis, sebagai tempat suci ketiga dalam Islam, harus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari warisan agama dan sejarah.
  • Meningkatkan Kepedulian Umat: Peristiwa ini mengajarkan umat Islam untuk peduli terhadap kondisi tempat-tempat suci, termasuk Masjid Al-Aqsa, yang hingga kini masih menjadi simbol perjuangan umat.

6. Kesimpulan

Penaklukan Baitul Maqdis bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi juga tanda kecil kiamat yang membawa pesan penting bagi umat Islam. Peristiwa ini mengingatkan umat untuk tetap bersatu, menjaga amanah, dan memperkuat keimanan. Sebagai umat Islam, kita harus mengambil hikmah dari peristiwa ini dan melanjutkan perjuangan menjaga nilai-nilai Islam.

Penutup

Sobat Muslim, wafatnya Rasulullah SAW dan penaklukan Baitul Maqdis bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi juga tanda kecil kiamat yang membawa pesan besar bagi kita. Kedua peristiwa ini mengajarkan kita untuk tetap teguh berpegang pada Al-Qur'an dan sunnah, menjaga persatuan, serta menghormati keberagaman. Mari kita jadikan peristiwa ini sebagai pengingat untuk terus memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal menghadapi akhir zaman. Wallahu a’lam bishawab.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber:

·       Tarikh At-Thabarri

·       Tafsir Ibnu Katsir

·       Shirah Ibnu Hisyam

·       Shirah Ibnu Ishaq

·       Ensiklopedia Akhir Zaman



[1] Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, Kitab Al-Fitan, Bab "Tanda-Tanda Kiamat" (Hadits no. 3176).

[2] Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah Swt. Para rasul sebelumnya telah wafat. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. juga akan wafat seperti halnya para rasul terdahulu. Pada waktu perang Uhud berkecamuk, tersiar berita bahwa Nabi Muhammad saw. wafat terbunuh. Berita ini mengacaukan umat Islam sehingga ada yang ingin meminta pelindungan Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu, orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad saw. itu betul seorang Nabi, tentu tidak akan wafat terbunuh. Maka, Allah Swt. menurunkan ayat ini untuk menenteramkan kaum muslim dan membantah perkataan orang munafik.

Post a Comment

Previous Post Next Post