Daftar isi
A. Tanda Kecil Kiamat yang ke-3 (Wafatnya Rasulullah SAW)
1. Wafatnya Rasulullah SAW sebagai Tanda Kiamat
Sughro
2. Peristiwa Wafatnya Rasulullah SAW
3. Hikmah di Balik Wafatnya Rasulullah SAW
4. Penjelasan Ulama tentang Wafatnya Rasulullah SAW sebagai
Tanda Kiamat
B. Tanda Kecil Kiamat yang ke-4: Penaklukan Baitul Maqdis
1. Penaklukan Baitul Maqdis sebagai Tanda Kiamat
2. Peristiwa Penaklukan Baitul Maqdis
3. Hikmah di Balik Penaklukan Baitul Maqdis
4. Penjelasan Ulama tentang Penaklukan Baitul Maqdis
5. Relevansi Penaklukan Baitul Maqdis di Masa Kini
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Sobat Muslim yang dirahmati
Allah, hari kiamat adalah sebuah kepastian yang telah dijanjikan oleh Allah SWT
dalam Al-Qur'an dan dijelaskan secara rinci dalam hadits-hadits Nabi Muhammad
SAW. Namun, sebelum datangnya hari kiamat, terdapat berbagai tanda-tanda yang
mengawali kedatangannya. Kali ini, kita akan membahas dua tanda kecil kiamat
yang sangat penting dan penuh hikmah, yaitu wafatnya Rasulullah SAW dan
penaklukan Baitul Maqdis. Apa saja pelajaran yang bisa kita ambil dari
peristiwa ini? Mari kita simak penjelasannya!
A. Tanda Kecil Kiamat yang ke-3 (Wafatnya Rasulullah SAW)
Tanda-tanda
kecil kiamat telah dijelaskan dalam hadits hadits Nabi Muhammad SAW. Salah satu
tanda kecil kiamat yang utama adalah wafatnya Rasulullah SAW. Peristiwa ini
bukan hanya menjadi duka mendalam bagi umat Islam, tetapi juga menandakan
dimulainya era fitnah dan perubahan besar dalam sejarah umat islam.
1. Wafatnya Rasulullah SAW sebagai Tanda Kiamat
Sughro
Rasulullah
SAW sendiri telah mengisyaratkan bahwa wafatnya beliau adalah salah satu tanda
kecil kiamat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Auf bin Malik RA, Rasulullah
SAW bersabda:
عَنْ
عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزْوَةِ تَبُوكَ وَهُوَ فِي قُبَّةٍ مِنْ أَدَمٍ،
فَقَالَ: "اعْدُدْ سِتًّا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ: مَوْتِي، ثُمَّ فَتْحُ
بَيْتِ الْمَقْدِسِ، ثُمَّ مُوتَانٍ يَأْخُذُ فِيكُمْ كَقُعَاصِ الْغَنَمِ، ثُمَّ
اسْتِفَاضَةُ الْمَالِ حَتَّى يُعْطَى الرَّجُلُ مِائَةَ دِينَارٍ فَيَظَلُّ
سَاخِطًا، ثُمَّ فِتْنَةٌ لَا يَبْقَى بَيْتٌ مِنَ الْعَرَبِ إِلَّا دَخَلَتْهُ،
ثُمَّ هُدْنَةٌ تَكُونُ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ بَنِي الْأَصْفَرِ، فَيَغْدِرُونَ
فَيَأْتُونَكُمْ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةً، تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ
أَلْفًا".
Terjemahannya:
Dari
Auf bin Malik RA, ia berkata: Aku datang kepada Nabi SAW pada Perang Tabuk,
ketika beliau berada di tenda dari kulit. Beliau bersabda:
"Hitunglah
enam tanda menjelang kiamat: kematianku, kemudian penaklukan Baitul Maqdis,
lalu kematian massal yang menyerupai penyakit yang menyerang kambing, kemudian
melimpahnya harta sehingga seseorang diberi seratus dinar namun tetap tidak
puas, kemudian munculnya fitnah yang tidak ada satu pun rumah orang Arab yang
tidak dimasukinya, lalu perjanjian damai antara kalian dan Bani Asfar (Romawi),
yang kemudian mereka mengkhianatinya dan menyerang kalian di bawah delapan
puluh bendera. Di bawah setiap bendera terdapat dua belas ribu tentara."[1]
Hadits
ini menunjukkan bahwa wafatnya Rasulullah SAW menjadi awal dari serangkaian
peristiwa besar yang menandakan semakin dekatnya hari kiamat.
2. Peristiwa
Wafatnya Rasulullah SAW
Rasulullah
SAW wafat pada 12 Rabiul Awwal tahun ke-11 Hijriah di usia 63 tahun. Wafatnya
beliau disebabkan oleh sakit yang berlangsung beberapa hari. Berikut adalah ringkasan
dari rangkaian peristiwa menjelang wafatnya beliau:
- Hari-Hari Terakhir Rasulullah
SAW:
Rasulullah SAW mengalami demam tinggi selama beberapa hari. Meski dalam
keadaan sakit, beliau tetap memimpin shalat berjamaah hingga akhirnya
meminta Abu Bakar RA menggantikannya sebagai imam.
- Pesan Terakhir Rasulullah SAW: Dalam khutbah terakhirnya,
Rasulullah SAW memberikan pesan-pesan penting kepada umat Islam, di
antaranya adalah menjaga shalat, memperlakukan budak dengan baik, dan
berpegang teguh pada Al-Qur'an dan sunnah.
- Saat-Saat Wafat: Ketika wafat, Rasulullah SAW
berada di pangkuan istrinya, Aisyah RA. Kalimat terakhir yang beliau
ucapkan adalah:
“Ya Allah, ampuni aku, rahmati aku, dan pertemukan aku
dengan Ar-Rafiq Al-A’la (Teman Yang Maha Tinggi).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Wafatnya
Rasulullah SAW membuat Madinah diliputi kesedihan mendalam. Umar bin Khattab RA
bahkan sulit menerima kenyataan tersebut. Ketika Rasulullah SAW wafat, Umar bin
Khattab RA sangat terguncang dan tidak percaya bahwa Rasulullah telah
meninggal. Dalam keterkejutannya, Umar bahkan mengancam siapa saja yang
mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat. Berikut adalah ucapan Umar bin Khattab
RA yang tercatat dalam riwayat-riwayat sejarah ketika mendengar kabar wafatnya
Rasulullah:
“Demi
Allah, Rasulullah tidak wafat! Beliau hanya pergi menghadap Tuhannya,
sebagaimana Musa bin Imran pergi menghadap Tuhannya selama empat puluh malam,
lalu kembali kepada kaumnya setelah dikatakan bahwa ia telah mati. Demi Allah,
Rasulullah pasti akan kembali, dan aku akan memotong tangan dan kaki
orang-orang yang mengatakan bahwa beliau telah wafat!”
Ucapan
ini menunjukkan kecintaan yang mendalam dari Umar bin Khattab RA kepada
Rasulullah SAW, tetapi juga menggambarkan betapa beratnya umat Islam menghadapi
kenyataan wafatnya Nabi. Namun, Abu Bakar RA kemudian mengingatkan Umar dan
seluruh umat Islam dengan membacakan ayat Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 144:
وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ
خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ
عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ
شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ ١٤٤
Terjemahan
“Muhammad
itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang Rasul[2].
Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa
yang berbalik ke belakang, maka dia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Dan
Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran:
144)
Setelah
mendengar ayat ini, Umar bin Khattab RA akhirnya tersadar, merasa lututnya lemas,
dan menerima kenyataan bahwa Rasulullah SAW telah wafat. Riwayat ini banyak
ditemukan dalam buku-buku sejarah Islam, termasuk dalam karya seperti Sirah
Ibnu Hisyam dan Tafsir Ibnu Katsir.
3. Hikmah di Balik
Wafatnya Rasulullah SAW
- Ujian bagi Keimanan Umat: Wafatnya Rasulullah SAW
menguji keimanan umat Islam, apakah mereka tetap istiqamah atau goyah
tanpa keberadaan beliau.
- Penegasan Bahwa Rasulullah SAW
adalah Manusia: Peristiwa ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah manusia biasa yang juga mengalami kematian. Hal ini penting untuk
menghindarkan umat dari pengkultusan yang berlebihan.
- Awal Era Kepemimpinan Umat: Setelah wafatnya Rasulullah
SAW, umat Islam memasuki era baru di mana kepemimpinan dilanjutkan oleh
para khalifah, dimulai dari Abu Bakar RA. Ini menjadi bagian dari
ketentuan Allah untuk melatih umat Islam mandiri tanpa kehadiran langsung
seorang nabi.
4. Penjelasan Ulama
tentang Wafatnya Rasulullah SAW sebagai Tanda Kiamat
Para
ulama menjelaskan bahwa wafatnya Rasulullah SAW merupakan tanda kecil kiamat
yang signifikan karena:
- Kehilangan Seorang Pembimbing
Langsung:
Imam Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah menyatakan bahwa wafatnya
Rasulullah SAW adalah musibah terbesar yang menimpa umat Islam, karena
mereka kehilangan seorang pembimbing langsung yang diutus Allah.
- Awal Munculnya Fitnah: Syaikh Yusuf Al-Qaradawi
menjelaskan bahwa wafatnya Rasulullah SAW menjadi awal dari munculnya
berbagai fitnah besar dalam umat Islam, seperti perpecahan dan
perselisihan dalam politik dan agama.
5. Kesimpulan
Wafatnya
Rasulullah SAW bukan hanya sebuah peristiwa sejarah biasa, tetapi juga tanda
kecil kiamat yang memiliki dampak besar bagi perjalanan umat Islam. Peristiwa
ini mengajarkan umat Islam untuk tetap teguh berpegang pada Al-Qur'an dan
sunnah, serta mempersiapkan diri menghadapi tanda-tanda kiamat lainnya. Sebagai
umatnya, kita harus terus mendoakan beliau dengan bershalawat dan melanjutkan
dakwah serta ajarannya.
B. Tanda Kecil
Kiamat yang ke-4: Penaklukan Baitul Maqdis
Tanda kecil kiamat berikutnya
adalah penaklukan Baitul Maqdis, sebuah peristiwa yang juga disebutkan dalam
hadits Auf bin Malik RA. Penaklukan ini terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin
Khattab RA. Penaklukan ini memiliki nilai spiritual dan historis yang sangat
penting bagi umat Islam.
1. Penaklukan
Baitul Maqdis sebagai Tanda Kiamat
Penaklukan
Baitul Maqdis juga telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam beberapa
hadits. Salah satu hadits yang menubuwatkan peristiwa ini adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Auf bin Malik RA yang telah kami sebutkan terdahulu, dimana
Hadits tersebut menyebutkan bahwa pembebasan atau penaklukan Baitul Maqdis
merupakan salah satu peristiwa besar yang akan terjadi sebagai tanda kiamat
kecil.
2. Peristiwa
Penaklukan Baitul Maqdis
Penaklukan
Baitul Maqdis terjadi pada tahun 15 Hijriah (636 M) di bawah kepemimpinan
Khalifah Umar bin Khattab RA. Berikut adalah rangkaian peristiwa yang
melatarbelakangi penaklukan tersebut:
Konteks
Sejarah
Pada
tahun 637 M (15 H), Yerusalem yang saat itu berada di bawah kekuasaan
Kekaisaran Bizantium, menghadapi serangkaian ekspansi kekuatan islam. Setelah
serangkaian pertempuran dalam Perang Riddah dan melawan Bizantium, pasukan
Muslim yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin al-Jarrah mengepung Yerusalem. Uskup
agung Yerusalem, Sophronius, bersedia menyerahkan kota tersebut, tetapi dengan
syarat bahwa penyerahan harus diterima langsung oleh Khalifah Umar bin Khattab.
Kedatangan
Umar ke Yerusalem
Umar bin
Khattab, yang dikenal dengan kesederhanaannya, melakukan perjalanan dari
Madinah ke Yerusalem dengan mengendarai satu unta yang ditunggangi secara
bergantian bersama pelayannya. Ketika tiba di dekat Yerusalem, giliran
pelayannya yang menunggangi unta, sementara Umar berjalan kaki. Ia mengenakan
pakaian yang sangat sederhana, berbeda jauh dari gambaran seorang pemimpin
besar. Kedatangan Umar yang penuh kerendahan hati ini membuat penduduk
Yerusalem kagum. Sophronius, yang memimpin pertemuan itu, terkesan dengan
ketawadhuan dan moralitas Umar.
Penyerahan
Kota dan Sikap Toleransi Umar
Setelah
perjanjian damai disepakati, Umar menjamin keselamatan tempat-tempat ibadah
umat Kristen dan penduduknya. Hal ini tertuang dalam Perjanjian
Umariyah (Al-‘Uhda al-‘Umariyah), yang berisi jaminan kebebasan
beragama, perlindungan gereja, dan larangan memaksa seseorang masuk Islam.
Penolakan
Shalat di Dalam Gereja Makam Kudus
Selama
kunjungannya, Sophronius mengajak Umar untuk melihat Gereja Makam Kudus, salah
satu situs paling suci bagi umat Kristen. Saat waktu shalat tiba, Sophronius
mempersilakan Umar untuk shalat di dalam gereja tersebut. Namun, Umar menolak
dengan alasan yang sangat bijaksana.
Umar
berkata:
"Jika aku shalat di dalam gereja ini, aku khawatir umat Islam di
masa mendatang akan mengklaim tempat ini sebagai masjid dan merampasnya dari
umat Kristen."
Sebagai
gantinya, Umar memilih untuk shalat di luar gereja, di tempat yang kini dikenal
sebagai Masjid Umar, yang dibangun untuk mengenang peristiwa
tersebut. Keputusan ini menunjukkan penghormatan Umar terhadap tempat ibadah
agama lain dan upayanya mencegah konflik antaragama di masa depan.
3. Hikmah di Balik
Penaklukan Baitul Maqdis
- Pembuktian Kebenaran Janji
Allah dan Rasul-Nya: Penaklukan Baitul Maqdis menjadi bukti nyata bahwa janji
Allah SWT yang disampaikan melalui Rasulullah SAW selalu benar dan akan
terwujud.
- Simbol Persatuan Umat Islam: Peristiwa ini menunjukkan
kekuatan dan persatuan umat Islam di bawah kepemimpinan yang adil dan
bijaksana.
- Toleransi dalam Islam: Tindakan Umar bin Khattab RA
menjadi teladan bagi umat Islam tentang bagaimana menjaga hubungan
harmonis dengan pemeluk agama lain.
4. Penjelasan Ulama
tentang Penaklukan Baitul Maqdis
Para
ulama memandang penaklukan Baitul Maqdis sebagai peristiwa besar yang tidak hanya
memiliki nilai historis, tetapi juga spiritual:
- Imam Al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah
menyebutkan bahwa penaklukan Baitul Maqdis merupakan tanda penting dari
perubahan besar dalam dunia Islam dan peradaban manusia.
- Ibnu Katsir dalam tafsirnya menekankan
bahwa pembebasan Baitul Maqdis menjadi bukti keagungan Islam, sekaligus
peringatan bagi umat untuk terus menjaga amanah sebagai khalifah di bumi.
5. Relevansi
Penaklukan Baitul Maqdis di Masa Kini
- Menghargai Tempat Suci: Baitul Maqdis, sebagai tempat
suci ketiga dalam Islam, harus dijaga dan dilestarikan sebagai bagian dari
warisan agama dan sejarah.
- Meningkatkan Kepedulian Umat: Peristiwa ini mengajarkan umat
Islam untuk peduli terhadap kondisi tempat-tempat suci, termasuk Masjid
Al-Aqsa, yang hingga kini masih menjadi simbol perjuangan umat.
6. Kesimpulan
Penaklukan
Baitul Maqdis bukan hanya sebuah peristiwa sejarah, tetapi juga tanda kecil
kiamat yang membawa pesan penting bagi umat Islam. Peristiwa ini mengingatkan
umat untuk tetap bersatu, menjaga amanah, dan memperkuat keimanan. Sebagai umat
Islam, kita harus mengambil hikmah dari peristiwa ini dan melanjutkan
perjuangan menjaga nilai-nilai Islam.
Penutup
Sobat Muslim, wafatnya Rasulullah
SAW dan penaklukan Baitul Maqdis bukan hanya peristiwa sejarah, tetapi juga
tanda kecil kiamat yang membawa pesan besar bagi kita. Kedua peristiwa ini
mengajarkan kita untuk tetap teguh berpegang pada Al-Qur'an dan sunnah, menjaga
persatuan, serta menghormati keberagaman. Mari kita jadikan peristiwa ini
sebagai pengingat untuk terus memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal
menghadapi akhir zaman. Wallahu a’lam bishawab.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
Sumber:
· Tarikh At-Thabarri
· Tafsir Ibnu
Katsir
· Shirah Ibnu
Hisyam
· Shirah Ibnu
Ishaq
· Ensiklopedia
Akhir Zaman
[1] Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih Bukhari, Kitab
Al-Fitan, Bab "Tanda-Tanda Kiamat" (Hadits no. 3176).
[2] Nabi Muhammad saw. adalah utusan Allah Swt. Para rasul sebelumnya
telah wafat. Oleh karena itu, Nabi Muhammad saw. juga akan wafat seperti halnya
para rasul terdahulu. Pada waktu perang Uhud berkecamuk, tersiar berita bahwa
Nabi Muhammad saw. wafat terbunuh. Berita ini mengacaukan umat Islam sehingga
ada yang ingin meminta pelindungan Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy).
Sementara itu, orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Muhammad saw.
itu betul seorang Nabi, tentu tidak akan wafat terbunuh. Maka, Allah Swt.
menurunkan ayat ini untuk menenteramkan kaum muslim dan membantah perkataan
orang munafik.
Post a Comment