Top News

Serial akhir zaman part 6_terbunuhnya umar bin khattab


Daftar isi

Pembukaan. 2

Pendahuluan. 2

A. Biografi Singkat Umar bin Khattab. 4

1. Nama Lengkap dan Nasab. 4

2. Gelar: Al-Faruq. 5

3. Kekhalifahan Umar bin Khattab. 5

4. Prestasi Umar bin Khattab. 6

a. Penaklukan Wilayah Persia dan Romawi 6

b. Penataan Administrasi Pemerintahan Islam.. 7

c. Menyebarkan Islam ke Berbagai Penjuru Dunia. 7

5. Kezuhudan dan Akhlak Umar. 8

B. Kisah Terbunuhnya Umar bin Khattab. 9

1. Kronologi Pembunuhan. 9

2. Sebab dan Motivasi Pembunuhan. 10

a. Kebencian Terhadap Kekuasaan Islam.. 10

b. Dendam Pribadi Akibat Peraturan Pajak. 11

c. Provokasi dari Kaum Munafik dan Musuh Islam.. 11

3. Reaksi dan Dampak dari Pembunuhan Umar. 11

C. Hikmah dari Peristiwa Ini 12

Kesimpulan. 13

Penutup. 14

 

Pembukaan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, para penonton setia channel Pena Ensiklopedia Islam! Selamat datang kembali di episode Serial Akhir Zaman Part 6. Pada kesempatan kali ini, kita akan mengulas salah satu peristiwa penting yang tercatat sebagai tanda-tanda kiamat sughra, yaitu kisah tragis terbunuhnya Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu. Kisah ini bukan sekadar sejarah, melainkan sebuah pelajaran penting tentang keadilan, ketegasan, dan ujian berat yang harus dihadapi umat Islam setelah kehilangan pemimpin terbaiknya. Jadi, simak video ini sampai akhir, karena kita akan menggali hikmah mendalam dari peristiwa ini,. Jangan lupa siapkan catatan, karena pemaparan ini penuh dengan ilmu yang bermanfaat! 

Pendahuluan

Tanda-tanda kiamat merupakan bagian dari keyakinan seorang Muslim terhadap hari akhir, sebagaimana tertuang dalam rukun iman yang keenam. Secara garis besar, tanda-tanda ini dibagi menjadi dua kategori utama: kiamat sughra (tanda-tanda kecil) yang berlangsung sejak masa Rasulullah hingga kini, dan kiamat kubra (tanda-tanda besar) yang akan terjadi menjelang akhir zaman. 

Salah satu tanda dari kiamat sughra adalah peristiwa terbunuhnya Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, khalifah kedua dalam sejarah Islam. Beliau adalah sosok pemimpin yang dikenal dengan keadilannya, ketegasannya, serta upayanya dalam menegakkan syariat Islam di tengah umat. Kepergiannya meninggalkan luka mendalam bagi kaum Muslimin karena ia adalah figur yang sangat berpengaruh dalam penyebaran Islam ke berbagai penjuru dunia.

Dalam kitab Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al-Asqalani, disebutkan: 

كَانَ مَوْتُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مُصِيبَةً عَظِيمَةً لِلْمُسْلِمِينَ، فَقَدْ كَانَ عَدْلُهُ وَحُكْمُهُ بَيْنَ النَّاسِ رَحْمَةً لَهُمْ وَحِفْظًا لِدِينِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ. 

"Wafatnya Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu adalah musibah besar bagi kaum Muslimin. Sesungguhnya keadilannya dan kebijaksanaannya dalam memimpin adalah rahmat bagi mereka, serta penjaga agama dan dunia mereka."[1]

Sejarah mencatat bahwa masa kekhalifahan Umar bin Khattab berlangsung selama sepuluh tahun (13-23 H) dengan berbagai pencapaian monumental. Di bawah kepemimpinannya, Islam mencapai puncak kejayaan dengan ditaklukkannya wilayah Persia, Syam, dan Mesir. Beliau juga dikenal sebagai pemimpin yang memperhatikan rakyat kecil dan tidak segan turun langsung melihat kondisi mereka. Namun, peristiwa tragis pembunuhan Umar menjadi salah satu bukti bahwa ujian besar senantiasa hadir untuk menguji umat Islam. 

Imam Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah menyebutkan: 

وَمِنْ عَلاَمَاتِ قُرْبِ السَّاعَةِ تَفَرُّقُ الْمُسْلِمِينَ وَضَعْفُهُمْ بَعْدَ مَوْتِ خِيَارِهِمْ كَمَا حَدَثَ بَعْدَ مَقْتَلِ عُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا 

"Di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah perpecahan kaum Muslimin dan kelemahan mereka setelah wafatnya pemimpin-pemimpin terbaik mereka, sebagaimana yang terjadi setelah terbunuhnya Umar dan Utsman radhiyallahu 'anhuma."[2]

Keberadaan tanda-tanda ini memberikan pelajaran penting bagi umat Islam agar senantiasa mempersiapkan diri menghadapi hari akhir. Kehilangan seorang pemimpin adil seperti Umar adalah musibah besar, namun ia juga menjadi pengingat bahwa dunia ini adalah tempat ujian, dan setiap peristiwa adalah bagian dari ketentuan Allah SWT. 

A. Biografi Singkat Umar bin Khattab

1. Nama Lengkap dan Nasab

Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adiy bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah pada kakek keenam, Ka’b bin Lu’ay. Ia berasal dari kabilah Bani Adiy, salah satu suku Quraisy yang terpandang di Makkah. 

Ibunya bernama Hantamah binti Hasyim, dari kabilah Bani Makhzum. Umar lahir di Makkah sekitar 13 tahun setelah tahun gajah, menjadikannya lebih muda sekitar 13 tahun dari Rasulullah . 

 

2. Gelar: Al-Faruq

Umar bin Khattab diberi gelar Al-Faruq, yang berarti "pembeda antara yang benar dan salah." Gelar ini diberikan karena keberaniannya dalam menegakkan kebenaran tanpa rasa takut terhadap celaan manusia. Rasulullah bersabda: 

إِنَّ اللَّهَ جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ.

"Sesungguhnya Allah menjadikan kebenaran berada di atas lisan dan hati Umar." (HR. Tirmidzi, no. 3682; Ahmad, no. 120; sanadnya shahih). 

3. Kekhalifahan Umar bin Khattab

Umar diangkat menjadi khalifah kedua setelah wafatnya Abu Bakar Ash-Shiddiq pada tahun 13 H. Masa kekhalifahannya berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, hingga tahun 23 H, ketika beliau wafat. Umar dikenal sebagai pemimpin yang sangat adil, sederhana, dan bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. 

Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A'lam An-Nubala menulis: 

وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَعْدَلَ النَّاسِ وَأَحْرَصَهُمْ عَلَى نَفْعِ الأُمَّةِ، حَتَّى صَارَتْ خِلَافَتُهُ مَثَلًا يُضْرَبُ فِي الْعَدْلِ وَالزُّهْدِ 

"Umar radhiyallahu 'anhu adalah orang yang paling adil dan paling bersemangat untuk kemaslahatan umat, hingga masa kekhalifahannya menjadi teladan dalam keadilan dan kezuhudan."[3]

4. Prestasi Umar bin Khattab

Umar bin Khattab mencatatkan berbagai prestasi luar biasa yang memberikan dampak besar bagi dunia Islam, di antaranya: 

a. Penaklukan Wilayah Persia dan Romawi

Di bawah kepemimpinan Umar, pasukan Islam berhasil menaklukkan wilayah besar seperti Persia, Syam, dan Mesir. Penaklukan ini mengukuhkan Islam sebagai kekuatan global ketika itu. Diantara penaklukanya yang terkenal yaitu: 

·       Perang Qadisiyah (14 H) melawan Persia, yang dipimpin oleh Sa'ad bin Abi Waqqash. 

·       Perang Yarmuk (15 H) melawan Romawi, yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. 

Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah mencatat: 

فِي زَمَانِ عُمَرَ تَوَسَّعَتِ الدَّوْلَةُ الإِسْلاَمِيَّةُ حَتَّى وَصَلَتْ إِلَى فَارِسَ، وَقَدْ كَانَتْ ذَلِكَ نَصْرًا عَظِيمًا لِلْمُسْلِمِينَ

"Pada masa Umar, wilayah kekuasaan Islam meluas hingga ke Persia. Penaklukan ini adalah kemenangan besar bagi kaum Muslimin."[4]

b. Penataan Administrasi Pemerintahan Islam

Umar adalah pionir dalam membangun sistem administrasi negara. Ia menetapkan berbagai kebijakan yang menjadi dasar pemerintahan modern, seperti: 

·       Pembentukan Diwan (semacam kementerian) untuk mencatat pendapatan dan pengeluaran negara. 

·       Penetapan kalender Hijriyah sebagai sistem penanggalan resmi. 

·       Pengaturan gaji untuk tentara dan pegawai negara. 

c. Menyebarkan Islam ke Berbagai Penjuru Dunia

Melalui strategi dakwah dan kekuatan militer yang efektif, Islam berkembang pesat ke wilayah-wilayah baru, seperti Irak, Syam, Mesir, dan Persia. Umar juga dikenal bijaksana dalam menjaga kerukunan di wilayah-wilayah taklukan, menghormati perjanjian dengan non-Muslim, dan memastikan hak-hak mereka terlindungi. 

5. Kezuhudan dan Akhlak Umar

Umar adalah teladan dalam kesederhanaan. Meski memimpin wilayah yang luas, beliau menjalani hidup dengan penuh kezuhudan. Pakaian beliau sederhana, makanannya pun hanya sekadar memenuhi kebutuhan pokok. Imam Malik dalam Al-Muwaththa' meriwayatkan bahwa Umar pernah berkata: 

وَاللَّهِ لَوْ عَثَرَتْ دَابَّةٌ بِأَرْضِ الْعِرَاقِ، لَخَشِيتُ أَنْ يُسْأَلَ عَنْهَا عُمَرُ، لِمَ لَمْ تُمْهِّدْ لَهَا الطَّرِيقَ

"Demi Allah, andai seekor hewan tergelincir di tanah Irak, aku khawatir Umar akan ditanya (oleh Allah), 'Mengapa engkau tidak meratakan jalan untuknya?’"[5]

Umar bin Khattab adalah sosok pemimpin yang luar biasa dalam sejarah Islam. Keberanian, keadilan, dan keteguhannya dalam menegakkan syariat memberikan inspirasi bagi generasi Muslim sepanjang masa. Kecemerlangan prestasinya menjadikan masa kekhalifahannya sebagai salah satu periode emas dalam sejarah Islam. 

B. Kisah Terbunuhnya Umar bin Khattab

1. Kronologi Pembunuhan

Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu wafat pada 26 Dzulhijjah tahun 23 H, setelah ditikam oleh seorang budak Majusi bernama Abu Lu’lu’ah Al-Fairuz, yang berasal dari Persia. Peristiwa tragis ini terjadi ketika Umar sedang memimpin shalat Subuh berjamaah di Masjid Nabawi. 

Berikut adalah detail kronologinya: 

·       Abu Lu’lu’ah menyimpan dendam terhadap Umar. Sebagai seorang budak, ia merasa terbebani oleh pajak atau upeti (jizyah) yang dikenakan kepadanya oleh Umar.

·       Persiapan Abu Lu’lu’ah. Ia merencanakan pembunuhan ini dengan membuat belati bermata dua yang telah dilumuri racun. 

·       Saat kejadian. Ketika Umar memulai shalat Subuh dan mengucapkan takbir, Abu Lu’lu’ah menerobos barisan shalat dan menikam Umar sebanyak tiga kali, salah satunya mengenai perutnya hingga melukai bagian dalam tubuhnya. 

·       Setelah penyerangan. Umar terjatuh, namun tetap meminta agar shalat berjamaah diteruskan. Setelah itu, Umar dibawa ke rumahnya dalam kondisi luka parah. 

Imam Ibnu Sa’ad dalam At-Thabaqat Al-Kubra mencatat: 

لَمَّا طُعِنَ عُمَرُ قَالَ: أَصَلَّى النَّاسُ؟ قَالُوا: نَعَمْ. قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ، لَا حَظَّ فِي الْإِسْلَامِ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلَاةَ

"Ketika Umar ditikam, ia bertanya: 'Apakah orang-orang sudah melaksanakan shalat?' Mereka menjawab: 'Ya.' Maka ia berkata: 'Segala puji bagi Allah. Tidak ada bagian dalam Islam bagi orang yang meninggalkan shalat.’"[6]

Umar wafat tiga hari kemudian setelah menunjuk sebuah dewan syura untuk memilih penggantinya. Beliau dimakamkan di sebelah Rasulullah dan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhu di kamar Aisyah. 

2. Sebab dan Motivasi Pembunuhan

a. Kebencian Terhadap Kekuasaan Islam

Abu Lu’lu’ah adalah seorang budak Majusi yang berasal dari Persia. Ia menyimpan kebencian mendalam terhadap Umar karena kekalahan Persia dalam peperangan melawan kaum Muslimin. Penaklukan Persia di bawah kepemimpinan Umar dianggap sebagai penyebab runtuhnya kekaisaran Sassanid, yang merupakan kebanggaan bangsa Persia. 

Imam Ath-Thabari dalam Tarikh Ath-Thabari menjelaskan: 

وَكَانَ فَيْرُوزُ، الْمَعْرُوفُ بِأَبِي لُؤْلُؤَةَ، يُخْفِي الْبُغْضَ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ حَمَلَ رَايَتَهُ، وَلِذَلِكَ بَدَأَ بِقَتْلِ عُمَرَ

"Fairuz, yang dikenal sebagai Abu Lu’lu’ah, menyembunyikan kebenciannya terhadap Islam dan orang-orang yang mengusung panji Islam. Oleh sebab itu, ia memulai dengan membunuh Umar."[7]

b. Dendam Pribadi Akibat Peraturan Pajak

Sebagai seorang budak, Abu Lu’lu’ah merasa bahwa pajak yang dikenakan kepadanya terlalu berat. Ia mengadu kepada Umar, namun Umar menolak mencabut aturan tersebut, dengan alasan bahwa peraturan itu adil dan sesuai syariat. Hal ini menambah dendamnya terhadap Umar. 

c. Provokasi dari Kaum Munafik dan Musuh Islam

Sejumlah riwayat menunjukkan bahwa Abu Lu’lu’ah mungkin mendapat provokasi dari pihak lain, seperti orang-orang munafik yang ingin melemahkan umat Islam dengan menghilangkan pemimpin yang adil seperti Umar. 

3. Reaksi dan Dampak dari Pembunuhan Umar

Kejadian ini meninggalkan duka mendalam bagi kaum Muslimin. Banyak sahabat yang merasa kehilangan, mengingat Umar adalah simbol keadilan dan keberanian dalam Islam. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mencatat: 

بِمَوْتِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، نَقَصَتْ الْخِلَافَةُ، وَظَهَرَتْ الْفِتَنُ فِي الأُمَّةِ

"Dengan wafatnya Umar radhiyallahu 'anhu, kekhalifahan mengalami kekurangan, dan fitnah mulai tampak di tengah umat."[8]

C. Hikmah dari Peristiwa Ini

·       Ketetapan Takdir Allah SWT Pasti Berlaku: Wafatnya Umar adalah bagian dari ketentuan Allah, sebagaimana firman-Nya:

"Dan tidaklah mungkin bagi seseorang untuk mati kecuali dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya..." (QS. Ali Imran: 145)

Ayat ini menunjukkan bahwa kematian Umar bin Khattab telah ditakdirkan Allah sebagai bagian dari ketentuan-Nya.

Dalam ayat lain juga dikatakan

"Tiap-tiap umat mempunyai ajal; maka apabila telah datang ajalnya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al-A’raf: 34). 

·       Peringatan Akan Fitnah: Setelah wafatnya Umar, umat Islam menghadapi berbagai ujian, termasuk fitnah besar yang melibatkan terbunuhnya khalifah ketiga, Utsman bin Affan. 

·       Teladan Pemimpin yang Adil: Umar menjadi contoh sempurna pemimpin yang adil, sederhana, dan bertanggung jawab. Meski ia wafat, nilai-nilai kepemimpinannya terus menjadi teladan hingga kini.

Rasulullah SAW pernah bersabda tentang Umar bin Khattab: 

"Pada umat-umat sebelum kalian ada orang-orang yang mendapat ilham, dan jika ada salah satu dari umatku, maka dia adalah Umar." (HR. Bukhari, no. 3689)

Sabda ini menunjukkan keutamaan Umar sebagai sosok yang sangat mulia dalam Islam. Terbunuhnya Umar adalah bagian dari tanda-tanda akhir zaman sebagaimana yang diramalkan oleh Nabi SAW.

Kesimpulan

Terbunuhnya Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu adalah salah satu tanda-tanda kiamat sughra yang menunjukkan melemahnya kekuatan umat Islam setelah kepergian pemimpin yang adil dan bijaksana. Kejadian ini mengingatkan umat Islam untuk terus memperkuat iman dan amal saleh, serta menjaga persatuan di tengah-tengah umat.

Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan bahwa terbunuhnya Umar adalah ujian besar bagi umat Islam. Kepergiannya menandakan hilangnya salah satu pilar kekuatan Islam. Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah menyebutkan bahwa kejadian ini merupakan tanda nyata dari berkurangnya para pemimpin yang adil dan bijaksana.

Penutup

Jazakumullahu khairan kepada semua penonton yang telah menyimak pemaparan kami hingga akhir. Semoga apa yang telah disampaikan memberikan manfaat dan menambah keimanan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Jangan lupa untuk mendukung channel ini dengan menekan tombol like, subscribe, dan membagikan video ini kepada saudara Muslim lainnya. Jangan ragu juga untuk meninggalkan komentar, karena masukan dari Anda sangat berarti bagi kami.

Sampai jumpa di episode selanjutnya di Serial Akhir Zaman! Tetap semangat menuntut ilmu dan menjaga persatuan umat Islam. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 

 

 



[1] (Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Kairo: Darul Hadis, 2004, jilid 13, hal. 201). 

[2] (Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1997, jilid 7, hal. 200). 

[3] (Siyar A'lam An-Nubala, Adz-Dzahabi, Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1981, jilid 2, hal. 383). 

[4] (Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1997, jilid 7, hal. 35). 

[5] (Al-Muwaththa', Malik bin Anas, Beirut: Dar Ihya' At-Turath Al-Arabi, 1991, hal. 387). 

[6] (At-Thabaqat Al-Kubra, Ibnu Sa’ad, Beirut: Dar Shadir, 1990, jilid 3, hal. 283). 

[7] (Tarikh Ath-Thabari, Ath-Thabari, Kairo: Darul Ma’arif, 1961, jilid 4, hal. 191). 

[8] (Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali, Kairo: Darul Hadis, 2010, jilid 3, hal. 46). 

Post a Comment

Previous Post Next Post