Keadaan langit dan bumi
sebelum Nabi Adam diciptakan
Berita yang
menggemparkan dan protesnya para Malaikat
Pendahuluan
Assalamu Alaikum
Warohmatullah Hiwabarokatuh. sahabat semua, dalam agama-agama Abrahamik yang
meliputi agama Yahudi, Kristen dan Islam, kita mengenal ada sosok manusia
pertama yang menjadi bapak seluruh umat manusia di bumi, yaitu nabi Nabi Adam
as.[1] Nabi
Adam dalam kepercayaan ketiga agama ini adalah sosok manusia pertama yang
diciptakan langsung oleh Tuhan. Allah swt menciptakan Nabi Adam dari bahan baku
berupa tanah liat yang diambil dari seluruh jenis tanah yang ada di bumi. Oleh
karena itulah warna kulit manusia beragam ada yang putih, hitam, coklat,
seperti halnya warna tanah yang ada dibumi, demikian juga sifat manusia ada
yang keras, kasar dan ada yang lembut seperti halnya jenis dan karakter tanah
yang ada dibumi. Setelah bentuk tubuh Nabi Adam selesai diciptakan dan
ditiupkan ruh kedalamnya, kemudian Tuhan memerintahkan seluruh malaikat untuk
bersujud kepadanya.semua malaikat sujud kepada adam kecuali iblis. Kemudian Allah swt menempatkan Nabi Adam dan
istrinya yakni hawa disurga hingga nanti pada akhirnya Nabi Adam terusir dari
surga akibat konspirasi jahat setan.
Kisah Nabi Adam
ini diceritakan dalam berbagai ayat dan surat yang berbeda di dalam al-Qur’an
dengan redaksi yang berbeda-beda. Namun kalau kita ingin mengetahui cerita
ringkasnya, bisa dilihat didalam surat Al-Baqarah ayat 30-39. Tulisan ini akan
menceritakan kisah para nabi mulai nabi adam sampai nabi Muhammad saw dari
sudut pandang agama islam. Sumber-sumber yang kami pakai tentu saja al-Qur’an
al-Karim, hadits-Hadits Nabi Muhammad, Kitab-Kitab Tafsir, dan terakhir kitab-kitab
Sejarah yang ditulis oleh para ulama besar terdahulu seperti kitab Qashashul
Anbiya yang ditulis oleh Imam Ibnu Katsir, kitab Shahih Tarikh
At-Thabari yang dikarang oleh Imam At-Thabari, dll.
Mungkin video
ini akan sangat panjang, maka saya akan membaginya menjadi beberapa Part atau
bagian agar tidak terlalu panjang. Untuk kisah pertama dari serial video ini
akan menceritakan kisah nabi adam mulai awal mula penciptaan, kemudia hidup
disurga sampai nanti terusir kebumi dan wafat disana. Agar tidak menungggu
lama, langsung saja kita masuk part pertamanya kisah Nabi Adam ini.
Keadaan langit dan bumi
sebelum Nabi Adam diciptakan
Pada
masa yang sangat lama, alam semesta ini dihuni oleh makhluk-makhluk yang
diciptakan oleh allah swt. Allah swt juga menciptakan alam tidak hanya satu,
tapi banyak. kita tidak tau ada berapa alam yang diciptakan olehnya. Untuk
mempermudah anggaplah ada dua alam, yakni alam langit dan alam bumi. Di alam
langit dihuni oleh para malaikat dan bangsa jin. Para malaikat bertugas
mengatur alam raya ini atas printah allah swt. ada juga malaikat yang tugasnya
hanya beribadah dan memuji tuhan saja. Kita tidak tau berapa jumlah mereka yang
sebenarnya, karena sangat banyak. Yang jelas hanya tuhan saja yang tau berapa
sebenarnya jumlah mereka. Selain para malaikat, alam langit dahulu juga dihuni
oleh bangsa jin. Dahulu jin-jin tersebut hidup berdampingan bersama para
malaikat. Seperti halnya malaaikat, Mereka beribadah kepada tuhan dan selalu
patuh mengemban setiap tugas darinya. Kemudian dialam bumi yang kita tinggali
ini dahulu dihuni oleh binatang, tumbuhan dan bangsa jin yang lebih rendah
kastanya disbanding jin-jin yang menghuni alam langit. Tabiat jin yang menghuni
bumi ini sama seperti manusia sekarang. Mereka suka berperang satu sama lain
dan membuat kerusakan hingga suatu hari bangsa jin ini dibinsakan oleh para
malaikat yang dipimin oleh azazil yaitu ketuanya bangsa jin yang ada dilangit.
Kalau dalam agama lain sosok azazil ini disebut Lucifer. Jadi disini konteksnya
ketua bangsa jin yang menghuni langit memimpin para malaikat untuk membinasakan
bangsa jin yang menghuni bumi.
Setelah tragedy
pemusnahan masal tersebut Azazil semakin terkenal dan dihormati oleh para
malaikat dan jin yang ada dilangit. Dia mendapat gelar yang bermacam macam
disetiap tingkatan langit. Pada langit pertama, dikenal dengan nama al-Abid
artinya yang ahli ibadah. Pada langit
kedua, dikenal dengan nama az-Zahid artinya yang ahli zuhud, kemudian di langit
ketiga, dikenal dengan nama Al-'Arif artinya yang bijaksana. Pada langit
keempat, dikenal dengan nama Al-Wali artinya yang terkasih atau yang
melindungi. Pada langit kelima, dikenal dengan nama At-Taqi artinya yang
bertaqwa, di langit keenam, dikenal dengan nama Al-Khazin artinya harta karun
yang tersembunyi, dan pada langit ketujuh, dikenal dengan nama 'Azazil artinya
makhluk yang mulia.
Salah satu
gelarnya tersebut adalah at-taqi yang artinya makhluk yang paling bertaqwa
sebab dia rela menghabisi klan atau bangsanya sendiri yaitu bangsa jin yang
menghuni bumi. Oke sampai sini paham ya… setelah tugas dilaksanakan kemudian
kedamaian dan keseimbangan alam semesta terjadi lagi untuk waktu yang lama.
Namun kedamaian tersebut pada suatu hari rusak, sebab pemimpin jin yang paling
dihormati, yang paling kuat, dan yang paling tampan tersebut yakni azazil untuk
pertama kalinya menolak perintah tuhan yang maha esa, hingga akhirnya dia dan
para anak buahnya diusir dari alam langit oleh tuhan dan kemudian dijatuhkan ke
alam bumi. Dia kemudian kita kenal dengan sebutan iblis. Kalau dalam agama lain
dia disebut Lucifer artinya malaikat yang jatuh. Nah dari sinilah cerita kita
dimulai.
Berita yang menggemparkan dan protesnya para Malaikat
Pada
suatu hari allah swt tuhan semesta alam mengumumkan kepada penduduk langit,
bahwa dia akan menciptakan seorang khalifah atau wakil tuhan untuk mengurus
bumi menggantikan bangsa jin yang dahulu pernah dimusnahkan oleh azazil dan
kawan-kawan malaikatnya. Mendengar berita yang menggegerkan tersebut, sontak
sebagian para malaikat protes kepada allah swt, utamanya adalah malaikat yang
dahulu ditugaskan untuk memusnakan bagsa jin dibumi yang dipimpin oleh azazil.
Para malaikat beranggapan percuma saja tuhan menciptakan makhluk yang bernama
manusia kalau sepesifikasinya atau sifat dan karakternya hampir sama dengan
bangsa jin yang dahulu pernah mereka musnahkan. yaitu suka berperang satu sama
lain. Mendengar protes sebagian malaikat tersebut, kemudian allah swt tuhan
semesta alam lalu berfirman yang diabadiakan oleh al-Qur’an surat Al Baqarah
ayat 30 yang berbunyi:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ
اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ
يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ
وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Terjemahanya
30. (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah13) di bumi.” Mereka berkata,
“Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)
Setelah
mendengar jawaban dari allah swt tersebut, sontak semua malaikat terdiam dan
patuh kepadanya. siapapun tidak bisa mengelak dari ketetapan ini. Dalam hal ini Imam Ibnu Katsir berpendapat
didalam kitabnya Qashasul ambiya, beliau berkata; sebenarnya para
malaikat tidak memprotes rencana Allah SWT tersebut atau iri kepada manusia,
akan tetapi pertanyaan para malaikat tersebut hanya sebagai wujud keingintahuan
mereka terhadap hikmah dibalik penciptaan Adam As.[2]
Singkat cerita allah mengutus sejumlah malaikat kebumi untuk mengambil seluruh
jenis tanah yang ada dibumi. Oleh karena itulah nantinya manusia warna kulitnya
berbeda-beda. ada yang hitam, kuning, merah, putih, coklat dan lain-lain sama
seperti warna tanah. Tanah warnanya juga ada yang hitam, kuning, merah, putih,
coklat dan lain-lain. Kemudian sifat manusia juga berbeda-beda ada yang lembut,
halus, kasar, lunak dan keras sama seperti sifat tanah. Tanah juga sama
sifatnya ada yang lembut, halus, kasar, lunak dan keras.
Devinisi Malaikat
Sebelum
kepembahasan lebih jauh kita cari tau dulu apa itu malaikat dan apa itu khalifah.
menurut Imam Ibnu Jarir At-Thabari, kata “مَلَائِكَةٌ” merupakan bentuk jamak, bentuk tunggalnya adalah kata “مَلْأَكْ” dengan meng-sukun lamnya dan memfathah hamzahnya. adajuga
yang membacanya “مَلَكْ” dengan memfathah lamnya dan membuang hamzahnya.
Mereka adalah makhluk-makhluk berakal yang menjadi duta Allah SWT yang diutus
untuk menyampaikan Wahyu dan Risalahnya kepada para Nabi dan Rasul. Demikianlah
keterangan dari imam Ibnu
Jarir At-Thabari didalam kitabnya
Tafsir At-Thabari.[3] M. Qurais Shihab juga menjelaskan didalam bukunya
yaitu Tafsir Al-Misbah bahwa kata “مَلَائِكَةٌ” yang merupakan bentuk jamak, kata ini terambil dari kata “مَلَكْ” dan kata ini terambil dari kata “أَلَكَ” atau kata “مَأْلَكَةْ” yang
artinya adalah mengutus atau perutusan atau Risalah. adajuga yang
berpendapat kata Malaikat berasal dari kata “لَأَكَ” yang artinya menyampaikan sesuatu.
Jadi
bisa diartikan bahwa yang dimaksud Malaikat adalah utusan-utusan Tuhan untuk
berbagai tugas termasuk menyampaikan sesuatu dari tuhan yang berupa wahyu.[4]
Al-Raghib Al-Asfihani menulis dalam kitabnya Al-Mufrodat fi Ghoribil Qur’an
bahwa menurut para pakar nahwu asal kata “مَلَائِكَةٌ” adalah “الْمَلَكُ” sedangkan para
peneliti menganggap asal kata “مَلَائِكَةٌ” adalah “الْمِلْكُ” ia berkata: Kata “مَلَائِكَةٌ” yang diartikan Malaikat yang mempunyai kekuasaan terhadap
suatu perkara dalam bentuk siasat, maka ia disebut dengan “مَلَكٌ” dengan memfathah kan huruf lam (ل) nya, sedangkan
golongan manusia yang mempunyai kekuasaan maka ia disebut
dengan “مَلِكٌ” dengan mengkasrah kan huruf lam (ل) nya.
Oleh karena itu, maka setiap “مَلَائِكَةٌ” pasti mempunyai kekuasaan, namun tidak setiap yang berkuasa
dinamakan Malaikat.[5]
Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim malaikat ini terbuat dari
cahaya, haditsnya berbunyi sebagai berikut:
قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم خُلِقَتِ المَلٰئِكَةُ مِنْ نُوْرِ
وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجِ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ اٰدَمَ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Artinya
Rasulullah
saw bersabda,”Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang
menyala-nyala dan Adam diciptakan dari Sesuatu yang telah disebutkan
(ciri-cirinya) untuk kalian.” (H.R. Muslim)
Devinisi khalifah
Kata
“خَلِيْفَةٌ” berasal dari akar kata “خَلَفَ” yang diikutkan wazan “فَعِيْلَةٌ” menjadi “خَلِيْفَةٌ” yang artinya adalah pengganti/menggantikan, hal
ini bisa dilihat dari perkataan orang arab berikut “خَلَفَ فُلَانٌ فُلَانًا فِي هَذَا الْأَمْرِ” yang artinya “fulan menggantikan posisinya didalam
urusan ini”. Makna ini juga bisa ditemukan didalam al-Qur’an surat Yuunus ayat
14 yang berbunyi:
ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ
كَيْفَ تَعْمَلُونَ
artinya
"Kemudian Kami jadikan kalian sebagai pengganti-pengganti
(mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana
kalian berbuat. "(Qs. Yuunus [10]: 14).[6]
Qurais
shhab menulis dalam tafsirnya sebagai berikut: “Perlu dicatat, bahwa kata
khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa
yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah disini
dalam arti yang menggantikan Allah dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan
ketetapan-ketetapan Nya dibumi, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau
menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji
manusia dan memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang
menggantikan makhluk lain dalam menghuni bumi ini.”
Hasan
Bashri berpendapat manusia disebut khalifah karena posisi mereka saling menggantikan diantara mereka, dan mereka
adalah anak cucu Adam yang menggantikan bapak mereka Adam, dan setiap generasi menggantikan
generasi yang sebelumnya, Dari makna diatas bisa kita ketahui bahwasanya
seorang pemimpin yang agung disebut khalifah karena posisinya menggantikan pemimpin
sebelumnya seperti halnya Khalifah Abu Bakar As-Shidiq yang menggantikan posisinya
Nabi Muhammad Saw sebagai kepala Negara, kemudian Khalifah Umar bin Khattab
yang menggantikan posisinya Khalifah Abu Bakar As-Shidiq, kemudian Khalifah
Utsman bin Affan yang menggantikan posisinya Khalifah Umar bin Khattab,
kemudian Khalifah Ali bin Abu Thalib yang menggantikan posisinya Khalifah
Utsman bin Affan dst.
Kembali
ke ayat tadi, kok malaikat bisa tau bahwa makhluk baru yang akan diciptakan oleh
Allah SWT yaitu Nabi Adam dan keturunanya, karakter mereka suka merusak dan
menumpahkan darah? Imam Ibnu Katsir menyebutkan beberapa pendapat ulama mengenai
masalah ini. Diantaranya adalah: Pendapat pertama bersumber dari Qatadah, bahwa
para malaikat bisa tau manusia yang akan diciptakan oleh Allah SWT karakternya
suka merusak dan menumpahkan darah sebab hal tersebut telah terjadi sebelumnya,
yaitu sebelum penciptaan Nabi Adam AS telah terjadi kerusakan dan pertumpahan
darah yang dilakukan oleh bangsa jin dan bangsa binatang yang kesemuanya itu
disaksikan oleh para malaikat, makanya malaikat berkata demikian sebagaimana
diceritakan dalam ayat 30 surat Al-Baqarah. Pendapat ini dikuatkan oleh
Abdullah bin umar, dia berkata: 2000 tahun sebelum penciptaan nabi adam as,
bangsa jin telah melakukan kerusakan dan pertumpahan darah dimuka bumi,
kemudian allah swt mengirim pasukan malaikat untuk menghancurkan mereka, para
malaikat mengusir bangsa jin tersebut hingga ke pulau-pulau yang dikelilingi
lautan demikian tulis Imam Ibnu Katsir didalam kitabnya Qashasul Ambiya.[7]
Pendapat
kedua bersumber dari ibnu abbas yang dia dapat dari al-hasan. Menurut pendapat
ini, para malaikat bisa tau karakter manusia yang akan diciptakan oleh Allah SWT
karena mendapat ilham darinya. Pendapat lain mengatakan bahwa para malaikat
bisa mengetahuinya setelah mereka melihat ke lauhul mahfudz. Kemudian pendapat
selanjutnya bersumber dari Abu Ja’far al Baqir bahwa para malaikat bisa
mengetahui karakter manusia yang akan diciptakan itu karena mendapat informasi
dari malaikat harut dan marut, yang mana malaikat harut dan marut ini
mendapatkan informasi ini dari malaikat yang kedudukanya lebih tingi lagi yang
bernama as-sijilli. Pendapat lain mengatakan para malaikat bisa mengetahuinya
karena biasanya karakter dan perbuatan mahluk yang ada dibumi memang yang
demikian itu.
Sedangkan
makna perkataan malaikat yang berbunyi “وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ” sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” maksudnya adalah para malaikat senantiasa beribadah kepada
Allah SWT dan tidak ada yang bermaksiat kepadanya, jika penciptaan manusia
dimaksudkan untuk beribadah kepadanya, maka para malaikat telah lebih dahulu
beribadah kepada tuhan siang malam tanpa lelah dan bosan, lalu untuk apa tuhan
menciptakan manusia? begitulah kira-kira pikiran para malaikat. Kemudian keraguan
para malaikat tersebut dijawabnya dengan firmanya yang singkat seperti ini “اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ” “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Apa maksudnya ? imam ibnu katsir menjelaskan maksud jawaban tuhan ini adalah tuhan
mengetahui kemaslahatan dibalik penciptaan manusia, diantara manusia ada
golongan yang drajatnya lebih tinggi dari para malaikat manapun, yakni para
nabi, rasul dan para wali. Sebab para malaikat bisa beribadah tanpa lelah dan
bosan itu wajar karena tidak mempunyai nafsu, berbeda dengan manusia yang
mempunyai nafsu, maka jika ada manusia yang bisa mengalahkan nafsunya demi
mengabdi, beribadah dan mengharapkan ridho tuhanya, maka drajatnya lebih tinggi
dari para malaikat.
Penutup
Demikianlah
kurang lebih rencana tuhan ketika akan menciptakan manusia dan ditentang atau diragukan
oleh para malaikat dengan argument mereka. Namun allah punya rencana besar yang
tidak diketahui oleh para malaikat. Yaitu rencana bahwa allah akan menitipkan
pengelolaan bumi kepada manusia yang terealisasi lewat drama kehidupan manusia
dibumi dan permusuhanya dengan iblis yang dilaknat. Mungkin sekian dulu, Untuk
lanjutanya tunggu di part-part selanjutnya. Akhir kata Wassalamu alaikum WR.WB.
[1] Yahudi, islam dan Kristen
disebut agama abrahamik karena ketiga agama ini mengklaim melanjutkan ajaran nabi
Ibrahim atau Abraham. Dan juga karena ketiga pendiri agama ini merupakan
keturunan nabi Ibrahim as.
[2] Imam Ibnu Katsir, Kisah para Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka
As-Sunnah, 2007), Hlm. 20
[3] Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, (). Hlm. 519-520
[4] M. Qurais Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000),
Hlm. 142
[5] Al-Raghib al-Asfihani, al-mufrodat fi Ghoribil Qur’an, (Depok: Pustaka Khazanah Fawa'id, 2017), hlm. 526
[6] Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, (). Hlm. 521
[7] Imam Ibnu Katsir, Kisah para Nabi dan Rasul, (Jakarta: Pustaka
As-Sunnah, 2007), Hlm. 20
Post a Comment