Apa perbedaan antara orang cerdas dan orang bijak….? Sebenarnya ada banyak perbedaanya, yang paling mudah untuk membedakan keduanya adalah lihat bagaimana gaya bicaranya. Penjelasanya seperti ini.
Orang cerdas gaya bicaranya biasanya cepat, karena otak orang yang cerdas bisa memproses informasi yang rumit dalam waktu yang singkat, makanya ngomongnya cendrung cepat, Sedangkan orang yang bijak, biasanya gaya ngomongnya pelan, santun, tertata dan mendalam, hal ini karena orang bijak sangat berhati-hati dalam memilih kata, agar jangan sampai kata yang dia ucapkan nantinya melukai hati orang yang diajak bicara. Orang bijak tidak hanya memakai otaknya saja, akan tetapi dia biasanya juga memakai hatinya ketika berbicara.
Kemudian orang yang cerdas biasanya kata-katanya sangat ilmiah dan intlektual, hal ini karena otaknya dipenuhi dengan segudang pengetahuan dan kaya akan perbendaharaan kosa kata yang rumit dan ilmiah. Sedangkan orang yang bijak biasanya kosa katanya sederhana dan lebih mudah dipaham, hal ini bukan karena orang bijak bodoh, akan tetapi karena orang bijak tau bagaimana menempatkan dirinya sesuai konteksnya. Maksudnya bagaimana ?, maksudnya adalah orang bijak menyadari bahwa tidak semua orang yang diajaknya bicara juga pintar dan cerdas, makanya orang yang bijak cendrung memilih kata-kata yang sederhana agar bisa dipaham oleh lawan bicaranya.
Kemudian perbedaan lainya antara orang cerdas dan orang bijak adalah, kalau orang yang cerdas biasanya mampu memahami hal-hal yang rumit dan mampu menjelaskanya sesuai buku yang dipelajarinya, yang terkadang bagi orang awam penjelasannya tersebut sulit dipaham karena terlalu ilmiah atau terlalu tekstual. Sedangkan orang bijak dia mampu memahami hal-hal yang rumit dan mampu pula menjelaskanya, baik dengan bahasa ilmiyah, maupun dengan bahasa orang awam, sehingga siapapun yang mendengarkan penjelasan orang bijak ini, baik orang awam maupun ilmuan atau orang alim semuanya bisa paham, inilah sisi kelebihan orang bijak dibanding orang cerdas.
Nah didalam kitab ta’lim muta’alim terdapat 5 tips bagaimana tata cara yang baik dan bijak dalam berbicara atau menyampaikan gagasan tertentu agar mudah dipaham dan didengar. Oke langsung saja kiat simak penjelasnya.
Didalam
kitab kitab ta’lim muta’alim ada sya’ir yang berbunyi seperti ini :
أُوْصِيْكَ
فِي نَّظْمِ الْكَلَامِ بِخَمْسَةٍ * إِنْ كُنْتَ لِلْمُوْصِي الشَّفِيْقِ مُطِيْعًا
لَاتَـــــغْـــفَلَنَّ
سَبَبَ الْكَلَامِ وَوَقْتُــــــهُ * وَالْكَيْفَ وَالْكَمَّ الْمَكَانَ جَمِيْعًـــــــا
Artinya
:
Pesanku
untukmu, ada lima hal untuk menata ucapan * jikalau kamu mematuhi sang pmberi wasiat yang penuh
belas kasih
Sungguh janganlah engakau melupakan sebab pembicaraan, dan waktunya * serta sifat pembicaraan, kadar , dan tempat pembicaraan itu terjadi.
Dua bait syair ini mengajarkan kita agar jangan asal njeplak kalau bicara atau ngomong, intinya adalah kalau kita ingin bicara atau mengutarakan sesuatu, sebaiknya jangan langsung bicara atau asal ngomong, akan tetapi dipikirkan, diprsiapkan dan ditata terlebih dahulu apa yang mau kita bicarakan, atau kita sampaikan. Nah langkah-langkahnya menurut syair ini ada lima langkah yaitu :
1. Langkah
Pertama adalah (سَبَبَ
الْكَلَامِ) artinya sebab/motif.
Jadi
sebelum kita berbicara sebaiknya dipikarkan dahulu alasan kita mau bicara itu
sebabnya apa ? apakah kita ngomong/bicara karena menjawab pertanyaan atau
karena mendebat seseorang atau karena alasan lainya. Karena sebab/motif ini
akan mempengaruhi isi omongan kita, Sebab yang berbeda tentu isi omongan kita
juga berbeda.
contoh : suatu hari saya memarahi anak saya, dan pada hari yang lain saya memarahi pegawai saya yang jarang masuk. Walaupun sama-sama memarahi, tapi sebabnya berbeda, ketika saya memarahi anak saya tentu sebabnya adalah karena saya sayang padanya, maka nada yang saya gunakan ketika memarahinya tentu dengan nada yang halus, berbeda ketika saya memarahi pegawai saya yang jarang masuk, saya memarahinya sebabnya karena saya kesal dengan kelakuanya, tentu nada yang saya gunakan ketika memarahinya dengan nada yang tegas dan keras.
2. Langkah
kedua adalah (وَقْتُــــــهُ) artinya adalah waktu pembicaraan tersebut
maksudnya adalah kapan omongan kita disampaikan. Apakah saat ini juga, atau besok atau minggu depan atau nunggu waktu yang tepat. Karena waktu yang salah dalam menyampaikan suatu pembicaraan walaupun isinya positif, bisa jadi dianggap negative. Contoh : kita berniat akan mengajak jalan-jalan teman kita keluar kota, akan tetapi diwaktu yang bersamaan teman kita sedang terkena musibah, maka lebih baik urungkan niat kita karena waktunya belum pas. Lebih baik cari waktu yang lain, atau nunggu beberapa minggu sampai keadaanya mendingan.
3. Langkah
ketiga adalah (الْكَيْفَ) artinya tatacara kita dalam menyampaikan
omongan/pembicaraan.
Tatacara kita dalam menyampaikan omongan atau pembicaraan sangat penting untuk diperhatikan, karena sangat mempengaruhi hasil yang kita inginkan. Contoh semisal kita ingin menasehati seseorang, tapi kalau cara kita dalam menasehati dengan nada yang keras, maka orang yang kita nasehati akan menganggap kita sedang memarahinya. Sebaliknya jika kita sedang memarahi seseorang, tapi ekspresi wajah kita sambil ketawa ketiwi cengengesan, maka orang yang sedang kita marahi akan menganggap kita sedang bercanda dengannya. Makanya cara kita ngomong atau menyampaikan sesuatu itu penting untuk diperhatikan agar sesuai dengan konteksnya koteksnya.
4. Langkah
kempat adalah (الْكَمَّ) artinya kadar omongan kita
kadar
omongan kita penting kita perhatikan sebelum kita berbicara, jangan terlalu
singkat, juga jangan terlalu panjang, yang benar adalah disesuaikan dengan
kadar dan kebutuhan. Jika memang diperlukan ngomong banyak, ya silahkan ngomong
yang banyak, akan tetapi jika tidak diperlukan ngomong yang banyak ya ngomong
secukupnya saja.
Contoh umpamanya kita sedang tersesat dan kita ingin bertanya arah jalan kepada seseorang, jika cukup dengan satu atau dua patah kata, maka tidak perlu membuang omongan kesana kemari yang menyita waktu, dan sebaliknya jika kita ditugaskan oleh atasan kita/guru kita umpamanya untuk mewawancarai seseorang, maka ngomonglah yang sebanyak-banyaknya karena memang konteksnya tepat, jika kita ngomong sedikit malah tidak pas.
5. Langkah
kelima atau terakhir adalah (الْمَكَانَ) artinya tempat omongan
kita diutarakan
Tempat
juga mempengaruhi. Kalau sebab omongan kita sudah tepat, lalu waktu, tatacara
dan kadar omongan kita juga sudah tepat, akan tetapi tempatnya kok kurang
tepat, maka omongan kita atau pendapat kita juga menjadi kurang efektif. Contoh
semisal kita ingin menasehati teman kita/anak kita yang melakukan kesalahan,
maka jangan nasehati dia didepan umum, itu sama saja dengan mempermalukanya,
walaupun ucapan kita benar adanya. akan tetapi, yang baik adalah nasehati teman
kita/anak kita ditempat yang sepi yang hanya ada kita berdua saja, itulah cara
terbaik. Saya yakin teman kita/anak kita pasti tidak akan merasa dipermalukan
dan akan merasa dihargai.
Penutup
Kurang
lebih itulah 5 tips sebelum kita berbicara atau menyampaikan pendapat menurut
kitab ta’lim muta’alim agar kita tidak hanya cerdas akan tetapi juga bersikap
bijaksana.
Ø
Post a Comment