Top News

Mengenal Dunia Jin part 1 (eksistensi jin dan awal mula penciptannya)


 

Keberadaan Jin dan perbedaan pendapat tentangnya

kata al-jinnu (الجن) secara bahasa artinya adalah menutupi, menyelimuti, meliputi, menyembunyikan, seperti ungkapan orang arab berikut ini:

جنه اليل وأجنه وجن عليه وغطاه في معني واحد إذا ستراه

artinya: malam telah menutupi seseorang dan menyelimutinya, dia telah diselimuti oleh malam, dan ditutupinya,  maknanya sama yakni ketika malam telah menyelimuti, menutupi dan menyembunyikan seseorang.

Kalau menurut Ibnu Duraid kata al-jinnu (الجن) artinya adalah sesuatu yang tersembunyi atau terhalang dari pandangan manusia. Maka Setiap sesuatu yang tersembunyi dari pengetahuanmu disebut junna 'anka (جن عنك). Dan Dari kata ini pula lahir kata al-jannah (الجنة) yang artinya adalah surga. Surga disebut al-jannah (الجنة) karena surga tidak terlihat atau tersembunyi dari penglihatan manusia. Kemudian Orang yang akalnya tertutup (gila) disebut majnun (مجنون) juga berasal dari akar kata al-jin (الجن) yang artinya menutupi.

Demikian juga Menurut Ibnu Aqil AI-Hambali, Makhluk jin ini disebut atau dinamakan dengan jin karena keadaannya yang tersembunyi dan tidak dapat terlihat oleh mata manusia. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 27 tentang ketidak mampuan manusia melihat bangsa jin tersebut.

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ ٢٧

Terjemahnya:

27.  Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak beriman.

 masih Menurut Ibnu Aqil, setan adalah jin yang durhaka, yang merupakan keturunan sang raja jin yakni iblis. Dan jin yang paling sesat bernama al-maraddah.[1]kalau Menurut para Teolog, jin dapat disebut dengan berbagai julkan sebagaimana yang dikutip oleh Ibnu Abdil Barr. jika yang dimaksud jin pada umumnya maka disebut jin (جن) jika yang dimaksud adalah jin yang dapat merasuki tubuh manusia, maka disebut ‘aamir (عامر) dan jamaknya adalah ‘ummaar (عمّار) dan jika yang dimaksud adalah jin yang sering menampakan wujudnya kepada anak anak, maka disebut arwaah (أرواح) jika yang dimaksud adalah jin yang jahat yang suka menggoda manusia untuk berbuat kejahatan, maka disebut setan (شيطان). Dan Jika yang dimaksud adalah jin yang kuat dan hebat maka disebut ifrit  (عفريت).[2]

Mengenai eksistensi tentang keberadaan jin ini, Syaik Taqiyuddin bin Taymiyyah berkata: "Tak satu pun dari golongan kaum Muslimin, begitu pula orang-orang kafir yang mengingkari keberadaan jin. Sebab keberadaan jin sudah cukup banyak diriwayatkan secara jelas dari para nabi, yang diketahui orang khusus dan umum. Memang ada sebagian kecil dari manusia yang mengingkari keberadaan jin, yaitu dari kalangan filosof yang bodoh atau sejenis mereka."[3] Al-Qadhy Abu Bakar Al-Baqilany berkata: banyak dari kalangan Qadariyyah yang menetapkan keberadaan Jin pada zaman dahulu kala, namun mereka mengingkari keberadaanya saat ini, diantara mereka ada yang menetapkan atau meyakini keberadaan jin yang tidak terlihat oleh mata disebabkan oleh kehalusan jazadnya dan tidak adanya pengaruh cahaya. Dan adapula yang berpendapat jin tidak bisa dilihat oleh mata karena mereka tidak memiliki warna.[4]

Awal mula penciptaan Jin

Di dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa jin diciptakan oleh Allah SWT dari nyala api yang sangat panas. Tepatnya di dalam Surat Al-Hijr ayat 27:

وَالْجَاۤنَّ خَلَقْنٰهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَّارِ السَّمُوْمِ ٢٧

Terjemahanya:

27.  Sebelumnya Kami telah menciptakan jin dari api yang sangat panas.

Ayat diatas jelas dan gamblang mengatkan bahwa jin terbuat dari unsur api yang sangat panas. Lalu informasi seperti ini di ulang lagi didalam Surat Al-Rahman ayat 15:

وَخَلَقَ الْجَاۤنَّ مِنْ مَّارِجٍ مِّنْ نَّارٍۚ ١٥

Terjemahanya:

15.   Dia juga telah menciptakan jin dari nyala api tanpa asap.

Dari dua ayat di atas kita diberi tahu bahwa unsur tubuh jin terbuat dari api yang sangat panas makanya jin sangat fleksibel, bisa terbang, menghilang, berubah bentuk dan lain sebagainya. Kedua dalil Al-Qur’an diatas juga diperkuat oleh Hadits Nabi yang dikeluarkan oleh Imam Muslim, dari ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ

Terjemahnya:“Malaikat diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari nyala api. Adam diciptakan dari apa yang telah ada pada kalian.” (HR. Muslim no. 2996).

Tentang awal mula penciptaan jin, ada riwayat yang menyebutkan bahwa konon jin diciptakan 2.000 tahun sebelum penciptaan manusia pertama yakni Adam AS. riwayat yang menyebutkan ini di utarakan oleh Abu Hudzaifah Ishaq bin Bisyr di dalam kitab Al-Mubtada. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa, jin adalah penghuni bumi, sedangkan Malaikat adalah penghuni Langit. Para Malaikat di langit senantiasa beribadah kepada Allah SWT, mereka ada yang sholat, bertasbih dan berdoa kepada Allah SWT. Semakin tinggi tingkatan langit, semakin banyak pula ibadah yang dilakukan oleh para malaikat.[5]

Ishaq bin Bisyr Juga meriwayatkan terkait tidak terlihatnya bangsa jin oleh manusia. Riwayat tersebut berbunyi seperti ini: Ishaq mengatakan dari Abu Rauq, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Setelah Allah SWT menciptakan Samum, nenek moyang bangsa jin, yaitu yang di ciptakan dari nyala api, maka Allah SWT berfiman, "Berharaplah!" Dia berkata, "Aku berharap dapat melihat namun tidak terlihat, kami dapat menghilang di dalam air, yang tua di antara kami tetap menjadi muda." Maka harapannya itu dikabulkan, sehingga mereka yakni bangsa jin dapat melihat manusia namun tidak terlihat oleh manusia. Jika mereka meninggal, mereka menghilang di dalam air. Tapi yang meninggal di antara mereka karena tua, kembali hidup dan menjadi muda lagi, seperti anak kecil pada usia dini."[6]

Masih menurut Ishaq bin Bisyr, beliau meriwayatkan dari Juwaibir bin Sa'id Al-Balkhi bahwasanya awalnya Allah SWT menciptakan bangsa Jin untuk memakmurkan bumi, lalu bangsa Jin memakmurkan bumi dan taat kepada Allah. Waktu berlalu sangat lama hingga bangsa jin mulai melakukan maksiat kepada Allah SWT dan menumpahkan darah antara sesama mereka. Diantara mereka ada malaikat yang bernama yusuf untuk mengingatkan mereka, namun mereka malah membunuhnya. Kemudian Allah SWT mengutus pasukan para malaikat yang ada di langit kedua untuk membasmi bangsa jin yang ada di bumi tersebut, diantara pasukan Malaikat tersebut ada Iblis dan pasukanya yang berjumlah 4.000 personil. Pasukan ini disebut juga pasukan jin. Lalu pasukan tersebut menyerbu bangsa jin yang ada dibumi dan membinasakan mereka semuanya. Para jin tersebut di buang ketengah lautan. Lalu iblis dan pasukanya tetap menetap di bumi selama 40 tahun hingga Adam AS di ciptakan.[7]

Ishaq bin Bisyr meriwayatkan kisah dari Muqattil dari Juwaibir dari Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas dia berkata: ketika Allah SWT hendak menciptakan Adam AS, Allah SWT terlebih dahulu berfirman kepada Malaikat sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠

Terjemahan Kemenag 2019

30.  (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah[8] di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Mengomentari ayat ini Ibnu Abbas berkata: para malaikat tidak mengetahui perkara yang ghaib, termasuk masa depan juga perkara yang ghaib. Lalu dari mana para malaikat tahu bahwa manusia yang akan diciptakan oleh Allah SWT kelakuan dan karakternya suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah? Kalau menurut Ibnu Abbas, karakter manusia sama saja dengan karakter bangsa jin yang telah terlebih dahulu menghuni bumi, bangsa jin tersebut yang awalnya patuh dan taat kepada Allah SWT, lama kelamaan mulai durhaka, membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah sesama mereka alias saling berperang satu sama lain, maka karakter manusia pastinya juga tidak jauh berbeda dengan bangsa jin tersebut, karena baik bangsa jin maupun bangsa manusia sma sama diberikan kehendak bebasa oleh Allah SWT.

Catatan penting

Kisah kisah dan riwayat di atas yang bersumber dari Abu Ubaidah Ishaq bin Bisyr di nilai lemah oleh para ulama, bahkan palsu. sebab setelah di teliti ternyata Abu Ubaidah Ishaq bin Bisyr adalah seorang pendusta, juwaibir adalah seorang yang matruk (pembohong), dan Adh-Dhahhak tidak pernah mendengar langsung dari Ibnu Abbas (sanadnya terputus). Namun ulama lain juga mentkhrij riwayat tersebut yakni Al-Hakim di dalam kitabnya Al-Mustadrak dan menshahihkannya.

 



[1] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL FALAH, 2005), Hal. 1

[2] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL FALAH, 2005), Hal. 2

[3] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL FALAH, 2005), Hal. 2

[4] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL FALAH, 2005), Hal. 2-3.

[5] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL FALAH, 2005), Hal. 3.

[6] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL FALAH, 2005), Hal. 3

[7] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL FALAH, 2005), Hal. 4

[8] Dalam Al-Qur’an, kata khalīfah memiliki makna ‘pengganti’, ‘pemimpin’, ‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’.

Post a Comment

Previous Post Next Post