Keberadaan
Jin dan perbedaan pendapat tentangnya
kata al-jinnu (الجن) secara bahasa
artinya adalah menutupi, menyelimuti, meliputi, menyembunyikan, seperti
ungkapan orang arab berikut ini:
جنه
اليل وأجنه وجن عليه وغطاه في معني واحد إذا ستراه
artinya:
malam telah menutupi seseorang dan menyelimutinya, dia telah diselimuti oleh
malam, dan ditutupinya, maknanya sama
yakni ketika malam telah menyelimuti, menutupi dan menyembunyikan seseorang.
Kalau
menurut Ibnu Duraid kata al-jinnu (الجن) artinya adalah
sesuatu yang tersembunyi atau terhalang dari pandangan manusia. Maka Setiap
sesuatu yang tersembunyi dari pengetahuanmu disebut junna 'anka (جن
عنك). Dan Dari kata ini pula lahir kata al-jannah (الجنة) yang artinya
adalah surga. Surga disebut al-jannah (الجنة) karena surga
tidak terlihat atau tersembunyi dari penglihatan manusia. Kemudian Orang yang
akalnya tertutup (gila) disebut majnun (مجنون) juga berasal
dari akar kata al-jin (الجن) yang artinya
menutupi.
Demikian juga
Menurut Ibnu Aqil AI-Hambali, Makhluk jin ini disebut atau dinamakan dengan jin
karena keadaannya yang tersembunyi dan tidak dapat terlihat oleh mata manusia.
Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 27 tentang ketidak
mampuan manusia melihat bangsa jin tersebut.
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ
الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا
لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ
مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ
لَا يُؤْمِنُوْنَ ٢٧
Terjemahnya:
27.
Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan
sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan
menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka
berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu
tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak
beriman.
masih Menurut Ibnu Aqil, setan adalah jin yang
durhaka, yang merupakan keturunan sang raja jin yakni iblis. Dan jin yang
paling sesat bernama al-maraddah.[1]kalau
Menurut para Teolog, jin dapat disebut dengan berbagai julkan sebagaimana yang
dikutip oleh Ibnu Abdil Barr. jika yang dimaksud jin pada umumnya maka disebut
jin (جن) jika yang dimaksud adalah jin yang dapat merasuki tubuh manusia,
maka disebut ‘aamir (عامر) dan jamaknya
adalah ‘ummaar (عمّار) dan jika yang
dimaksud adalah jin yang sering menampakan wujudnya kepada anak anak, maka
disebut arwaah (أرواح) jika yang
dimaksud adalah jin yang jahat yang suka menggoda manusia untuk berbuat kejahatan,
maka disebut setan (شيطان). Dan Jika yang
dimaksud adalah jin yang kuat dan hebat maka disebut ifrit (عفريت).[2]
Mengenai
eksistensi tentang keberadaan jin ini, Syaik Taqiyuddin bin Taymiyyah berkata:
"Tak satu pun dari golongan kaum Muslimin, begitu pula orang-orang kafir
yang mengingkari keberadaan jin. Sebab keberadaan jin sudah cukup banyak
diriwayatkan secara jelas dari para nabi, yang diketahui orang khusus dan umum.
Memang ada sebagian kecil dari manusia yang mengingkari keberadaan jin, yaitu
dari kalangan filosof yang bodoh atau sejenis mereka."[3] Al-Qadhy
Abu Bakar Al-Baqilany berkata: banyak dari kalangan Qadariyyah yang menetapkan
keberadaan Jin pada zaman dahulu kala, namun mereka mengingkari keberadaanya
saat ini, diantara mereka ada yang menetapkan atau meyakini keberadaan jin yang
tidak terlihat oleh mata disebabkan oleh kehalusan jazadnya dan tidak adanya pengaruh
cahaya. Dan adapula yang berpendapat jin tidak bisa dilihat oleh mata karena
mereka tidak memiliki warna.[4]
Awal
mula penciptaan Jin
Di dalam
Al-Qur’an dikatakan bahwa jin diciptakan oleh Allah SWT dari nyala api yang
sangat panas. Tepatnya di dalam Surat Al-Hijr ayat 27:
وَالْجَاۤنَّ خَلَقْنٰهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ
نَّارِ السَّمُوْمِ ٢٧
Terjemahanya:
27.
Sebelumnya Kami telah menciptakan jin dari api yang sangat panas.
Ayat diatas jelas dan
gamblang mengatkan bahwa jin terbuat dari unsur api yang sangat panas. Lalu
informasi seperti ini di ulang lagi didalam Surat Al-Rahman ayat 15:
وَخَلَقَ الْجَاۤنَّ مِنْ مَّارِجٍ
مِّنْ نَّارٍۚ ١٥
Terjemahanya:
15. Dia juga telah menciptakan jin dari nyala
api tanpa asap.
Dari dua ayat di atas
kita diberi tahu bahwa unsur tubuh jin terbuat dari api yang sangat panas
makanya jin sangat fleksibel, bisa terbang, menghilang, berubah bentuk dan lain
sebagainya. Kedua dalil Al-Qur’an diatas juga diperkuat oleh Hadits Nabi yang
dikeluarkan oleh Imam Muslim, dari ‘Aisyah, ia berkata, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
خُلِقَتِ
الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ
آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Terjemahnya:“Malaikat
diciptakan dari cahaya. Jin diciptakan dari nyala api. Adam diciptakan dari apa
yang telah ada pada kalian.” (HR. Muslim no. 2996).
Tentang awal
mula penciptaan jin, ada riwayat yang menyebutkan bahwa konon jin diciptakan 2.000
tahun sebelum penciptaan manusia pertama yakni Adam AS. riwayat yang
menyebutkan ini di utarakan oleh Abu Hudzaifah Ishaq bin Bisyr di dalam kitab
Al-Mubtada. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa, jin adalah penghuni bumi,
sedangkan Malaikat adalah penghuni Langit. Para Malaikat di langit senantiasa
beribadah kepada Allah SWT, mereka ada yang sholat, bertasbih dan berdoa kepada
Allah SWT. Semakin tinggi tingkatan langit, semakin banyak pula ibadah yang
dilakukan oleh para malaikat.[5]
Ishaq bin Bisyr
Juga meriwayatkan terkait tidak terlihatnya bangsa jin oleh manusia. Riwayat
tersebut berbunyi seperti ini: Ishaq mengatakan dari Abu Rauq, dari Ikrimah,
dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Setelah Allah SWT menciptakan Samum, nenek
moyang bangsa jin, yaitu yang di ciptakan dari nyala api, maka Allah SWT berfiman,
"Berharaplah!" Dia berkata, "Aku berharap dapat melihat namun
tidak terlihat, kami dapat menghilang di dalam air, yang tua di antara kami
tetap menjadi muda." Maka harapannya itu dikabulkan, sehingga mereka yakni
bangsa jin dapat melihat manusia namun tidak terlihat oleh manusia. Jika mereka
meninggal, mereka menghilang di dalam air. Tapi yang meninggal di antara mereka
karena tua, kembali hidup dan menjadi muda lagi, seperti anak kecil pada usia
dini."[6]
Masih menurut Ishaq
bin Bisyr, beliau meriwayatkan dari Juwaibir bin Sa'id Al-Balkhi bahwasanya
awalnya Allah SWT menciptakan bangsa Jin untuk memakmurkan bumi, lalu bangsa
Jin memakmurkan bumi dan taat kepada Allah. Waktu berlalu sangat lama hingga bangsa
jin mulai melakukan maksiat kepada Allah SWT dan menumpahkan darah antara sesama
mereka. Diantara mereka ada malaikat yang bernama yusuf untuk mengingatkan
mereka, namun mereka malah membunuhnya. Kemudian Allah SWT mengutus pasukan
para malaikat yang ada di langit kedua untuk membasmi bangsa jin yang ada di
bumi tersebut, diantara pasukan Malaikat tersebut ada Iblis dan pasukanya yang
berjumlah 4.000 personil. Pasukan ini disebut juga pasukan jin. Lalu pasukan
tersebut menyerbu bangsa jin yang ada dibumi dan membinasakan mereka semuanya.
Para jin tersebut di buang ketengah lautan. Lalu iblis dan pasukanya tetap
menetap di bumi selama 40 tahun hingga Adam AS di ciptakan.[7]
Ishaq bin Bisyr
meriwayatkan kisah dari Muqattil dari Juwaibir dari Adh-Dhahhak dari Ibnu Abbas
dia berkata: ketika Allah SWT hendak menciptakan Adam AS, Allah SWT terlebih
dahulu berfirman kepada Malaikat sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ
جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ
فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠
Terjemahan Kemenag 2019
30.
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan khalifah[8]
di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak
dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan
menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”
Mengomentari ayat ini Ibnu Abbas
berkata: para malaikat tidak mengetahui perkara yang ghaib, termasuk masa depan
juga perkara yang ghaib. Lalu dari mana para malaikat tahu bahwa manusia yang
akan diciptakan oleh Allah SWT kelakuan dan karakternya suka membuat kerusakan
dan menumpahkan darah? Kalau menurut Ibnu Abbas, karakter manusia sama saja
dengan karakter bangsa jin yang telah terlebih dahulu menghuni bumi, bangsa jin
tersebut yang awalnya patuh dan taat kepada Allah SWT, lama kelamaan mulai
durhaka, membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah sesama mereka alias
saling berperang satu sama lain, maka karakter manusia pastinya juga tidak jauh
berbeda dengan bangsa jin tersebut, karena baik bangsa jin maupun bangsa
manusia sma sama diberikan kehendak bebasa oleh Allah SWT.
Catatan penting
Kisah kisah dan riwayat di atas yang
bersumber dari Abu Ubaidah Ishaq bin Bisyr di nilai lemah oleh para ulama,
bahkan palsu. sebab setelah di teliti ternyata Abu Ubaidah Ishaq bin Bisyr adalah
seorang pendusta, juwaibir adalah seorang yang matruk (pembohong), dan Adh-Dhahhak tidak pernah mendengar langsung dari Ibnu Abbas
(sanadnya terputus). Namun ulama lain juga mentkhrij riwayat tersebut yakni Al-Hakim
di dalam kitabnya Al-Mustadrak dan menshahihkannya.
[1] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL
FALAH, 2005), Hal. 1
[2] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL
FALAH, 2005), Hal. 2
[3] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL
FALAH, 2005), Hal. 2
[4] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL
FALAH, 2005), Hal. 2-3.
[5] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL
FALAH, 2005), Hal. 3.
[6] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL
FALAH, 2005), Hal. 3
[7] Imam As-Suyuthy, Alam Jin, Terj. Kathur Suhardi, (Bekasi: PT DARUL
FALAH, 2005), Hal. 4
[8] Dalam Al-Qur’an, kata khalīfah memiliki makna ‘pengganti’, ‘pemimpin’,
‘penguasa’, atau ‘pengelola alam semesta’.
Post a Comment