Top News

Kebaikan dan kejahatan berasal dari Tuhan_Tauhid Af'al (توحيد أفعال)



Daftar isi

pendahuluan. 1

A.        Pengertian wahdaniyah. 2

B.         Penjelasan wahdaniyah fi Af’al 2

1.         Mubasyarah. 4

2.         Tawallud. 4

C.         Dalil-dalil wahdaniyah fi Af’al 4

1.         al-Qur’an surat Al-Anbiya' ayat 35. 4

2.         Surat As-Saffat Ayat 96. 4

3.         Surat Al-Anfal Ayat 17. 5

4.         hadits nabi 6

D.        Hikmah memahami wahdaniyah fi Af’al 7

Kesimpulan. 8

 

 

pendahuluan

        Assalaamu ‘alaikum warohmatullah hiwabarokaatuh. sahabat semua, jika diantara kalian dahulu pernah belajar ilmu tauhid, pasti pernah mendengar perkataan seperti ini “sifat wajib allah yang nomer 6 adalah wahdaniah,  wahdaniah artinya adalah esa/tunggal. sifat wahdaniyah allah ini, mencangkup atas dzatnya, sifatnya dan af’al atau perbuatanya.” Kira-kira apa maksud dari ucapan ini…? pada Tulisan kali, ini saya akan membahas secara ringkas tentang sifat wahdaniyah fi Af’al artinya keesaan perbuatan tuhan, Oke langsung saja simak pembahasanya.

 

A.    Pengertian wahdaniyah

        Wahdaniyah secara bahasa artinya adalah esa atau tunggal, esa atau tunggal berbeda dengan bilangan satu, karena bilangan atau angka satu biasanya masih ada lanutanya yaitu dua, tiga, empat dan seterusnya. Sedangkan wahdaniyah yang diartikan esa atau tunggal tidak ada lanjutanya. Kemudian juga Penyebutan bilangan satu digunakan oleh kita manusia biasanya tidak terlepas dari dua hal yaitu kam muttashil (bilangan pecahan) dan kam munfashil (bilangan terpisah).

        agar tidak membuat bingung langsung kecontoh saja. Contoh : saya meminjam satu buku diperpustakaan. kalimat satu buku ini maknanya adalah gabungan dari beberapa lembar itulah yang namanya kam muttashil dan satu buku yang saya pinjam ini adalah hanya salah satu dari beberapa buku yang sangat banyak yang ada diperpustakaan dan itulah yang namanya kam munfashil.Contoh tadi adalah contoh sederhana, sekarang kita ambil contoh dari al-Qur’an al-karim. Contoh didalam al-Qur’an ada pada surat al-Maidah ayat 73 yang berbunyi :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya : Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain Allah/ Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

        Ayat ini menginformasikan kepada kita bahwa allah tuhan yang maha esa maha tunggal bukan salah satu dari yang tiga, (kam munfashil,) seperti yang selama ini diyakini oleh saudara kita umat nasrani dengan paham trinitas yang mereka yakini.

B.     Penjelasan wahdaniyah fi Af’al

        Kita sering mendengar para mubaligh atau penceramah, ketika menutup ceramah-ceramah yang mereka sampaikan, mereka biasanya mengucapkan kalimat seperti ini. “Kurang lebihnya mohon maaf, semua yang kami sampaikan barusan apabila mengandung kebaikan dan kebenaran maka datangnya dari allah swt, dan apabila mengandung kesalahan, kekeliruan, dan kekhilafan, maka datangnya dari setan atau dari diri saya sendiri.”

        Kalimat ini kedengaranya memang baik dan penuh adab atau sopan santun terhadap tuhan. Akan tetapi secara ilmu tauhid salah, Sebab maknanya seolah olah setan atau diri kita bisa melakukan sesuatu tanpa pertolongan tuhan, padahal semua yang terjadi dialam raya ini, adalah hasil perbuatan tuhan saja. Seperti daun yang jatuh, angin yang berhembus, pergantian siang dan malam, jantung yang berdenyut, rambut yang tumbuh, kulit yang menua, menularnya wabah penyakit, peperangan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dan lain sebagainya, semua itu pada hakikanya adalah perbuatan allah swt.

        Sebab Selain allah tidak ada daya dan upaya sedikitpun untuk berbuat atau melakukan sesuatu. baik itu manusia, malaikat. binatang, jin ataupun setan. Kalaupun setan atau manusia berbuat keburukan, pasti atas izin allah swt. Dan itulah makna dari kalimat yang sering kita ucapkan yakni kalimat (لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ  إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ) artinya “tidak ada daya dan kekuatan untuk melakukan sesuatu, kecuali sebelumnya sudah ada izin terlebih dahulu dari allah yang maha tinggi lagi maha agung.”

        Lalu jika ada sementara anggapan tentang ikut sertanya selain allah, didalam proses kejadian sesuatu, maka hal itu hanyalah bersifat majazi (bayangan). Bukan bersifat hakiki/kenyataannya. Contoh : seorang bapak yang bekerja keras, untuk memberi makan istri dan anak-anaknya, maka si bapak ini bisa disebut pihak selain allah yang ikut dalam proses memberi makan anak dan istrinya, akan tetapi sifatnya hanya majazi (bayangan), bukan hakiki. karena yang memberi makan anak dan istri si bapak tersebut hakikatnya adalah allah swt, sibapak hanya jadi perantara atau bayangan saja. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat Asy-Syu’ara Ayat 79 yang berbunyi :

وَٱلَّذِى هُوَ يُطْعِمُنِى وَيَسْقِينِ

Artinya : Dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku (Q.S. Asy-Syu’ara [26] 79)

        Kemudian ulama membagi perbuatan, baik perbuatan diri sendiri maupun perbuatan yang terjadi diluar diri sendiri menjadi dua macam yaitu : mubasyarah dan tawallud

1.      Mubasyarah

        Mubasyarah artinya terpadu, contohnya gerakan pena ditangan seorang penulis. Pena bisa bergerak karena digerakan oleh tangan seorang penulis, artinya didalam roses bergeraknya pena ada perpaduan dua kemampuan kodrati, yaitu kemampuan kodrati gerak tangan dan kemampuan kodrati gerak pena.

2.      Tawallud

        Tawallud artinya terlahir, contohnya gerakan sebuah batu yang dilempar oleh seseorang. Gerakan batu ini dinamakan dengan tawallud sebab gerakan batu ini lahir dari kemampuan kodrati gerak tangan orang yang melemparnya.

C.    Dalil-dalil wahdaniyah fi Af’al

        Dalil dalil yang menegaskan sifat wahdaniyah fi Af’al Allah ini, sangat banyak diantaranya adalah :

1.      al-Qur’an surat Al-Anbiya' ayat 35

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

Artinya ; Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (Q.S. Al-Anbiya' [21] 35)

        Ayat ini menginformasikan kepada kita bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia entah sesuatu itu adalah kebaikan atau keburukan adalah berasal dari allah yang tujuanya untuk menguji kita semuanya.

2.      Surat As-Saffat Ayat 96

وَٱللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu". (Q.S. As-Saffat [37]  96)

        Ayat ini turun kepada nabi Ibrahim ketika mengingatkan kaumnya yang menyembah patung-patung, yang mereka buat dengan tangan-tangan mereka sendiri. Nabi Ibrahim berkata seperti ini : ”bagaimana kalian menyembah berhala yang kalian pahat dan buat dengan tangan kalian sendiri, lalu kalian meninggalkan penyembahan kepada tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan menciptakan amal perbuatan kalian? Maksud dari allah menciptakan kalian dan menciptakan perbuatan kalian adalah perbuatan kaumnya nabi ibrahim membuat berhala-berhala ini. Jadi allah-lah yang menganugrahkan potensi kepada tukang tukang patung itu, untuk membuat patung patung, lalu kok patung patung tersebut setelah jadi, malah disembah. Kurang lebih begitulah makna ayat ini.

3.      Surat Al-Anfal Ayat 17

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِىَ ٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً حَسَنًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Artinya: Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Anfal [8] 17)

        Ayat ini turun sewaktu perang badar yaitu ketika nabi dan para sahabatnya melawan kaum kafir Qurais. Ketika itu jumlah pasukan nabi kalah jauh dengan jumlah pasukan musuhnya yakni kafir qurais, peralatan perangpun juga kalah jauh, melihat dua pasukan yang tidak seimbang berhadap hadapan, kemudian nabi masuk ketendanya dan berdoa kepada allah agar diberikan kemenangan, lalu nabi keluar dan mengambil segenggam tanah, lalu dilemparkan ke-pasukan kafir itu, seketika pasukan musuh langsung kocar kacir berantakan, melihat peluang tersebut dengan cepat pasukan Nabi memanfaatkan situasi dengan merengsek maju kedepan, dan dengan mudah memenangan pertempuran.

        Maka makna ayat ini adalah allah-lah yang memenangkan Nabi atas orang-orang kafir tersebut dengan memberikan kemenangan dan membuat takut orang orang kafir ketika terkena lemparan dari nabi tersebut. Secara kasat mata memang mereka yang membunuh orang-orang kafir tersebut dalam pertempuran. Tapi secara hakikat allah-lah yang mematikan mereka. Secara kasat mata memang nabilah yang melempar segenggam tanah, Tapi secara hakikat allah-lah yang melemparnya.

4.      hadits nabi

لَا تُحَرَّكُ ذَرَّةٌ إِلَّا بِإِذْنِ اللهِ

Artinya : “Tidak ada satu atom pun yang bergerak kecuali karena izin Allah.”

Lafadz dzarah pada redaksi hadits ini untuk zaman sekarang bisa dimaknai atom yaitu unit terkecil penyusun benda benda dialam semesta ini yang diketahui manusia zaman sekarang.

        Terus kemudian pertanyaanya apakah boleh seorang pembunuh menyalahkan tuhan atas perbuatan yang mereka lakukan…? Bolehkan seorang pembunuh berkata perbuatan saya sudah ditakdirkan oleh tuhan atau hakikatnya bukan saya yang membunuh tapi tuhan. Jawabanya tidak boleh, sebab manusia telah diberikan kehendak bebas oleh tuhan untuk memilih jalannya masing-masing. Mau memilih baik silahkan, mau memilih yang buruk silahkan, tapi nanti ada balasanya masing-masing seperti yang telah allah swt sampaikan dalam a-Qur’an Surat Asy-Syams ayat 8-10 yang berbunyi: 

فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿٨﴾ قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا ﴿٩﴾ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا ﴿ ١٠﴾

Artinya : maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams [91] 9-10 )

        Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa allah mencoba kita dengan membisikan dua jalan yaitu jalan ketakwaan dan jalan kefasikan, pilihan diserahkan kepada kita masing-masing namun nanti ada konsekwunsi yang ditanggung. Contoh ada seseorang yang membeli pisau, ketika orang itu menggunakan pisau itu untuk kebaikan semisal untuk memasak makanan buat para tamunya, maka hakikatnya allah-lah yang memasak makanan itu, karena tangan yang ia gunakan untuk memasak bisa bergerak atas kekuatan yang allah pinjamkan, otot yang ia gunakan untuk berdiri juga bisa bekerja atas kuasa allah, mata yang ia gunakan untuk melihat juga atas izin allah, kemudian pisau yang ia gunakan untuk memasak juga atas daya yang allah titipkan kepada pisau itu. Akan tetapi pilihan dia mau memasak untuk para tamunya adalah pilihan dia sendiri, nah inilah yang nanti akan diganjar oleh allah atas perbuatan baik yang ia lakukan karena mengikuti kata hatinya yang baik itu.

        Sebaliknya jika orang tersebut menggunakan pisau yang dibelinya untuk membunuh tamunya, maka hakikatnya allah lah yang membunuh tamunya itu, sebab tangan yang ia gunakan untuk membunuh bisa bekerja karena daya yang allah titipkan kepada tangan itu, mata yang ia gunakan ketika membunuh juga atas daya penglihatan yang allah titipkan kepada mata itu, kaki yang ia gunakan sewaktu membunuh juga atas kekuatan yang allah titipkan kepada kaki tersebut,  akan tetapi niat atau keinginan untuk membunuh adalah jalan yang ia pilih, padahal ada juga jalan yang baik yang bisa ia pilih. Maka dia berdosa karena niat jahatnya ini, dan semakin berdosa ketika dia menggunakan anggota tubuhnya untuk melaksanakan aksi jahatnya tersebut. Walaupun hakikatnya allah yang membunuh tamu orang tersebut, akan tetapi orang tersebut tetap berdosa karena niat jahatnya itu. Mungkin sekian dulu penjelasan dari saya tentang makna wahdaniah fi af’al ini, jika masih belum paham bisa dibaca ulang.

D.    Hikmah memahami wahdaniyah fi Af’al

Setelah kita tau bahwa semua fenomena yang terjadi dialam raya ini, baik fenomena itu kita nggap baik ataupun kita anggap buruk. Baik fenomena itu adalah fenomena yang besar seperti perputaran orbit bintang-bintang dialam raya ini, yang jumlahnya triliunan, ataupun fenomena terkecil seperti gerakan elektron mengelilingi inti atom yang mana kita tau, atom adalah unit terkecil yang menyusun benda-benda dialam raya ini. Itu semua adalah hasil pekerjaan allah swt, lalu apa hikmah dari mengetahui ini semua…? Hikmah dari memahami wahdaniah fi’afal atau tauhid af’al adalah tenangnya hati karena paham bahwa fenomena apapun yang dilihat oleh mata kita sehari-hari, entah fenomena itu menurut kita baik atau buruk, pada hakikatnya, semua itu adalah perbuatan allah. Contoh seperti ketika kita difitnah oleh seseorang, hakikatnya adalah allah-lah yang menggerakan hati orang tersebut untuk memfitnah kita yang tujuanya adalah allah ingin mengetes kesabaran kita dan meninggikan derajat kita.

Kesimpulan

        Wahdaniat artinya adalah esa atau tunggal, hal ini berbeda dengan bilangan satu, karena bilangan satu masih mempunyai lanjutanya yaitu dua, tiga, empat dan seterusnya. Wahdaniat terbagi kedalam tiga tingkatan yaitu wahdaniat fi dzat, fi shifat dan fi af’al. wahdaniat fi af’al maknanya adalah semua kejadian dan fenomena dialam raya ini, kebaikan maupun keburukan hakikatnya adalah perbuatan allah swt, yang mana tujuanya adalah untuk menguji para hambanya yang beriman. Jika seorang hamba diberi kebaikan hendaknya dia bersukur, dan jika ditimpa keburukan atau musibah hendaknya dia bersabar karena semuanya adalah cobaan dari allah untuk menaikan derajat kita.




Post a Comment

Previous Post Next Post