Daftar
isi
B. Penjelasan wahdaniyah
fi Af’al
C. Dalil-dalil wahdaniyah
fi Af’al
1. al-Qur’an surat Al-Anbiya' ayat 35
D. Hikmah memahami
wahdaniyah fi Af’al
pendahuluan
Assalaamu
‘alaikum warohmatullah hiwabarokaatuh. sahabat semua, jika diantara kalian dahulu
pernah belajar ilmu tauhid, pasti pernah mendengar perkataan seperti ini “sifat
wajib allah yang nomer 6 adalah wahdaniah, wahdaniah artinya adalah esa/tunggal. sifat
wahdaniyah allah ini, mencangkup atas dzatnya, sifatnya dan af’al atau
perbuatanya.” Kira-kira apa maksud dari ucapan ini…? pada Tulisan kali,
ini saya akan membahas secara ringkas tentang sifat wahdaniyah fi Af’al artinya
keesaan perbuatan tuhan, Oke langsung saja simak pembahasanya.
A.
Pengertian
wahdaniyah
Wahdaniyah
secara bahasa artinya adalah esa atau tunggal, esa atau tunggal berbeda dengan
bilangan satu, karena bilangan atau angka satu biasanya masih ada lanutanya
yaitu dua, tiga, empat dan seterusnya. Sedangkan wahdaniyah yang diartikan esa
atau tunggal tidak ada lanjutanya. Kemudian juga Penyebutan bilangan satu digunakan
oleh kita manusia biasanya tidak terlepas dari dua hal yaitu kam muttashil (bilangan
pecahan) dan kam munfashil (bilangan terpisah).
agar
tidak membuat bingung langsung kecontoh saja. Contoh : saya meminjam satu
buku diperpustakaan. kalimat satu buku ini maknanya adalah gabungan dari
beberapa lembar itulah yang namanya kam muttashil dan satu buku yang
saya pinjam ini adalah hanya salah satu dari beberapa buku yang sangat banyak
yang ada diperpustakaan dan itulah yang namanya kam munfashil.Contoh
tadi adalah contoh sederhana, sekarang kita ambil contoh dari al-Qur’an
al-karim. Contoh didalam al-Qur’an ada pada surat al-Maidah ayat 73 yang
berbunyi :
لَقَدْ
كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ
إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya : Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan
bahwasanya Allah adalah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak
ada Tuhan selain Allah/ Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa
yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir diantara mereka akan ditimpa
siksaan yang pedih.
Ayat
ini menginformasikan kepada kita bahwa allah tuhan yang maha esa maha tunggal
bukan salah satu dari yang tiga, (kam munfashil,) seperti yang selama
ini diyakini oleh saudara kita umat nasrani dengan paham trinitas yang mereka
yakini.
B.
Penjelasan
wahdaniyah fi Af’al
Kita
sering mendengar para mubaligh atau penceramah, ketika menutup ceramah-ceramah
yang mereka sampaikan, mereka biasanya mengucapkan kalimat seperti ini. “Kurang
lebihnya mohon maaf, semua yang kami sampaikan barusan apabila mengandung kebaikan
dan kebenaran maka datangnya dari allah swt, dan apabila mengandung kesalahan,
kekeliruan, dan kekhilafan, maka datangnya dari setan atau dari diri saya
sendiri.”
Kalimat
ini kedengaranya memang baik dan penuh adab atau sopan santun terhadap tuhan.
Akan tetapi secara ilmu tauhid salah, Sebab maknanya seolah olah setan atau
diri kita bisa melakukan sesuatu tanpa pertolongan tuhan, padahal semua yang
terjadi dialam raya ini, adalah hasil perbuatan tuhan saja. Seperti daun yang
jatuh, angin yang berhembus, pergantian siang dan malam, jantung yang
berdenyut, rambut yang tumbuh, kulit yang menua, menularnya wabah penyakit,
peperangan, kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dan lain sebagainya, semua itu
pada hakikanya adalah perbuatan allah swt.
Sebab
Selain allah tidak ada daya dan upaya sedikitpun untuk berbuat atau melakukan
sesuatu. baik itu manusia, malaikat. binatang, jin ataupun setan. Kalaupun
setan atau manusia berbuat keburukan, pasti atas izin allah swt. Dan itulah
makna dari kalimat yang sering kita ucapkan yakni kalimat (لَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا
بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ) artinya “tidak ada daya dan kekuatan untuk melakukan sesuatu,
kecuali sebelumnya sudah ada izin terlebih dahulu dari allah yang maha tinggi
lagi maha agung.”
Lalu
jika ada sementara anggapan tentang ikut sertanya selain allah, didalam proses
kejadian sesuatu, maka hal itu hanyalah bersifat majazi (bayangan). Bukan
bersifat hakiki/kenyataannya. Contoh : seorang bapak yang bekerja keras, untuk
memberi makan istri dan anak-anaknya, maka si bapak ini bisa disebut pihak
selain allah yang ikut dalam proses memberi makan anak dan istrinya, akan
tetapi sifatnya hanya majazi (bayangan), bukan hakiki. karena yang memberi
makan anak dan istri si bapak tersebut hakikatnya adalah allah swt, sibapak
hanya jadi perantara atau bayangan saja. Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an
surat Asy-Syu’ara Ayat 79 yang berbunyi :
وَٱلَّذِى
هُوَ يُطْعِمُنِى وَيَسْقِينِ
Artinya : Dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku
(Q.S. Asy-Syu’ara [26] 79)
Kemudian
ulama membagi perbuatan, baik perbuatan diri sendiri maupun perbuatan yang
terjadi diluar diri sendiri menjadi dua macam yaitu : mubasyarah dan tawallud
1. Mubasyarah
Mubasyarah
artinya terpadu, contohnya gerakan pena ditangan seorang penulis. Pena bisa
bergerak karena digerakan oleh tangan seorang penulis, artinya didalam roses
bergeraknya pena ada perpaduan dua kemampuan kodrati, yaitu kemampuan kodrati
gerak tangan dan kemampuan kodrati gerak pena.
2. Tawallud
Tawallud
artinya terlahir, contohnya gerakan sebuah batu yang dilempar oleh seseorang.
Gerakan batu ini dinamakan dengan tawallud sebab gerakan batu ini lahir dari
kemampuan kodrati gerak tangan orang yang melemparnya.
C.
Dalil-dalil
wahdaniyah fi Af’al
Dalil
dalil yang menegaskan sifat wahdaniyah fi Af’al Allah ini, sangat banyak
diantaranya adalah :
1. al-Qur’an surat Al-Anbiya'
ayat 35
كُلُّ
نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا
تُرْجَعُوْنَ
Artinya ; Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan
dikembalikan hanya kepada Kami. (Q.S. Al-Anbiya' [21] 35)
Ayat
ini menginformasikan kepada kita bahwa segala sesuatu yang menimpa manusia entah
sesuatu itu adalah kebaikan atau keburukan adalah berasal dari allah yang
tujuanya untuk menguji kita semuanya.
2. Surat As-Saffat Ayat 96
وَٱللَّهُ
خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu". (Q.S. As-Saffat [37] 96)
Ayat
ini turun kepada nabi Ibrahim ketika mengingatkan kaumnya yang menyembah
patung-patung, yang mereka buat dengan tangan-tangan mereka sendiri. Nabi Ibrahim
berkata seperti ini : ”bagaimana kalian menyembah berhala yang kalian pahat dan
buat dengan tangan kalian sendiri, lalu kalian meninggalkan penyembahan kepada
tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan menciptakan amal perbuatan
kalian? Maksud dari allah menciptakan kalian dan menciptakan perbuatan kalian
adalah perbuatan kaumnya nabi ibrahim membuat berhala-berhala ini. Jadi allah-lah
yang menganugrahkan potensi kepada tukang tukang patung itu, untuk membuat
patung patung, lalu kok patung patung tersebut setelah jadi, malah disembah.
Kurang lebih begitulah makna ayat ini.
3. Surat Al-Anfal Ayat 17
فَلَمْ
تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ
وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ رَمَىٰ ۚ
وَلِيُبْلِىَ ٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً
حَسَنًا ۚ
إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya: Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka,
akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika
kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk
membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin,
dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui. (Q.S. Al-Anfal [8] 17)
Ayat
ini turun sewaktu perang badar yaitu ketika nabi dan para sahabatnya melawan kaum
kafir Qurais. Ketika itu jumlah pasukan nabi kalah jauh dengan jumlah pasukan
musuhnya yakni kafir qurais, peralatan perangpun juga kalah jauh, melihat dua
pasukan yang tidak seimbang berhadap hadapan, kemudian nabi masuk ketendanya
dan berdoa kepada allah agar diberikan kemenangan, lalu nabi keluar dan
mengambil segenggam tanah, lalu dilemparkan ke-pasukan kafir itu, seketika
pasukan musuh langsung kocar kacir berantakan, melihat peluang tersebut dengan
cepat pasukan Nabi memanfaatkan situasi dengan merengsek maju kedepan, dan
dengan mudah memenangan pertempuran.
Maka
makna ayat ini adalah allah-lah yang memenangkan Nabi atas orang-orang kafir
tersebut dengan memberikan kemenangan dan membuat takut orang orang kafir
ketika terkena lemparan dari nabi tersebut. Secara kasat mata memang mereka
yang membunuh orang-orang kafir tersebut dalam pertempuran. Tapi secara hakikat
allah-lah yang mematikan mereka. Secara kasat mata memang nabilah yang melempar
segenggam tanah, Tapi secara hakikat allah-lah yang melemparnya.
4. hadits nabi
لَا
تُحَرَّكُ ذَرَّةٌ إِلَّا بِإِذْنِ اللهِ
Artinya : “Tidak ada satu atom pun yang bergerak kecuali karena
izin Allah.”
Lafadz dzarah pada redaksi hadits ini untuk zaman sekarang bisa
dimaknai atom yaitu unit terkecil penyusun benda benda dialam semesta ini yang
diketahui manusia zaman sekarang.
Terus
kemudian pertanyaanya apakah boleh seorang pembunuh menyalahkan tuhan atas
perbuatan yang mereka lakukan…? Bolehkan seorang pembunuh berkata perbuatan
saya sudah ditakdirkan oleh tuhan atau hakikatnya bukan saya yang membunuh tapi
tuhan. Jawabanya tidak boleh, sebab manusia telah diberikan kehendak bebas oleh
tuhan untuk memilih jalannya masing-masing. Mau memilih baik silahkan, mau
memilih yang buruk silahkan, tapi nanti ada balasanya masing-masing seperti
yang telah allah swt sampaikan dalam a-Qur’an Surat Asy-Syams ayat 8-10 yang
berbunyi:
فَأَلْهَمَهَا
فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا ﴿٨﴾ قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا ﴿٩﴾ وَقَدْ خَابَ مَنْ
دَسَّاهَا ﴿ ١٠﴾
Artinya : maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams [91] 9-10 )
Ayat
ini menegaskan kepada kita bahwa allah mencoba kita dengan membisikan dua jalan
yaitu jalan ketakwaan dan jalan kefasikan, pilihan diserahkan kepada kita
masing-masing namun nanti ada konsekwunsi yang ditanggung. Contoh ada seseorang
yang membeli pisau, ketika orang itu menggunakan pisau itu untuk kebaikan
semisal untuk memasak makanan buat para tamunya, maka hakikatnya allah-lah yang
memasak makanan itu, karena tangan yang ia gunakan untuk memasak bisa bergerak
atas kekuatan yang allah pinjamkan, otot yang ia gunakan untuk berdiri juga
bisa bekerja atas kuasa allah, mata yang ia gunakan untuk melihat juga atas izin
allah, kemudian pisau yang ia gunakan untuk memasak juga atas daya yang allah
titipkan kepada pisau itu. Akan tetapi pilihan dia mau memasak untuk para
tamunya adalah pilihan dia sendiri, nah inilah yang nanti akan diganjar oleh
allah atas perbuatan baik yang ia lakukan karena mengikuti kata hatinya yang
baik itu.
Sebaliknya
jika orang tersebut menggunakan pisau yang dibelinya untuk membunuh tamunya,
maka hakikatnya allah lah yang membunuh tamunya itu, sebab tangan yang ia
gunakan untuk membunuh bisa bekerja karena daya yang allah titipkan kepada
tangan itu, mata yang ia gunakan ketika membunuh juga atas daya penglihatan
yang allah titipkan kepada mata itu, kaki yang ia gunakan sewaktu membunuh juga
atas kekuatan yang allah titipkan kepada kaki tersebut, akan tetapi niat atau keinginan untuk membunuh adalah jalan yang ia
pilih, padahal ada juga jalan yang baik yang bisa ia pilih. Maka dia berdosa
karena niat jahatnya ini, dan semakin berdosa ketika dia menggunakan anggota
tubuhnya untuk melaksanakan aksi jahatnya tersebut. Walaupun hakikatnya allah
yang membunuh tamu orang tersebut, akan tetapi orang tersebut tetap berdosa
karena niat jahatnya itu. Mungkin
sekian dulu penjelasan dari saya tentang makna wahdaniah fi af’al ini, jika
masih belum paham bisa dibaca ulang.
D.
Hikmah
memahami wahdaniyah fi Af’al
Setelah
kita tau bahwa semua fenomena yang terjadi dialam raya ini, baik fenomena itu
kita nggap baik ataupun kita anggap buruk. Baik fenomena itu adalah fenomena
yang besar seperti perputaran orbit bintang-bintang dialam raya ini, yang
jumlahnya triliunan, ataupun fenomena terkecil seperti gerakan elektron
mengelilingi inti atom yang mana kita tau, atom adalah unit terkecil yang menyusun
benda-benda dialam raya ini. Itu semua adalah hasil pekerjaan allah swt, lalu
apa hikmah dari mengetahui ini semua…? Hikmah dari memahami wahdaniah fi’afal
atau tauhid af’al adalah tenangnya hati karena paham bahwa fenomena apapun yang
dilihat oleh mata kita sehari-hari, entah fenomena itu menurut kita baik atau
buruk, pada hakikatnya, semua itu adalah perbuatan allah. Contoh seperti ketika
kita difitnah oleh seseorang, hakikatnya adalah allah-lah yang menggerakan hati
orang tersebut untuk memfitnah kita yang tujuanya adalah allah ingin mengetes
kesabaran kita dan meninggikan derajat kita.
Kesimpulan
Wahdaniat
artinya adalah esa atau tunggal, hal ini berbeda dengan bilangan satu, karena
bilangan satu masih mempunyai lanjutanya yaitu dua, tiga, empat dan seterusnya.
Wahdaniat terbagi kedalam tiga tingkatan yaitu wahdaniat fi dzat, fi shifat dan
fi af’al. wahdaniat fi af’al maknanya adalah semua kejadian dan fenomena dialam
raya ini, kebaikan maupun keburukan hakikatnya adalah perbuatan allah swt, yang
mana tujuanya adalah untuk menguji para hambanya yang beriman. Jika seorang
hamba diberi kebaikan hendaknya dia bersukur, dan jika ditimpa keburukan atau
musibah hendaknya dia bersabar karena semuanya adalah cobaan dari allah untuk
menaikan derajat kita.
Post a Comment